TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menjangkiti sapi serta kambing masih menjadi momok peternak. Mengatasi masalah tersebut, Prodi Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar penyuluhan dan kerja bakti kepada kepada para peternak sapi perah di Koperasi Unit Desa (KUD) Tani Makmur Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
Hal ini disampaikan Dosen Produksi Ternak UMM Dr. Imbang Dwi Rahayu, Drh., M.Kes, menjelaskan penularan PMK dapat terjadi melalui beberapa hal yaitu kontak langsung dengan hewan tertular dan kontak dengan orang ataupun peralatan yang terjangkit virus PMK.
Menurut Imbang Dwi Rahayu penyebaran juga dapat terjadi melalui udara hingga radius 10 kilometer. “Cara penanganan PMK sendiri dapat dilakukan dengan deteksi dini melalui penanganan dehidrasi, pengobatan secara medis, serta pembentukan tim kecil penanganan PMK,” jelas dosen asal Tegal ini.
Dosen Peternakan UMM, Dr. Ir. Adi Sutanto, MM, mengatakan bahwa para dosen juga memberikan obat-obatan kepada peternak, obat-obatan tersebut berupa vitamin, desinfektan dan probiotik. Hal ini dilakukan untuk mencegah maupun mengobati ternak yang telah terjangkit PMK.
Menariknya Adi Sutanto menyebutkan salah satu obat yang diberikan merupakan hasil karya dari dosen prodi peternakan UMM yaitu Probiotik Plus Biofarm.
“Pada kesempatan ini, kami juga memberikan motivasi kepada peternak yang terdampak PMK. Hal ini penting agar masyarakat dapat segera bangkit dari wabah tersebut. Alhamdulillah kegiatan yang kami selenggarakan ini disambut baik oleh masyarakat. Hal tersebut dibuktikan dengan antusiasme para peternak untuk bertanya selama sesi tanya jawab,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Divisi Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang, Sarifah, wabah PMK telah menurunkan perekonomian masyarakat Kecamatan Senduro. Terjadi juga penurunan populasi sapi di KUD Tani Makmur kurang lebih 1.100 ekor. Penurunan ini diakibatkan oleh panik selling maupun pemotongan hewan ternak karena terjangkit PMK.
“Selain itu, beberapa warga juga menolak untuk melakukan vaksinasi terhadap hewan ternak yang terjangkit PMK. Hal ini terjadi karena terbatasnya pengetahuan peternak terhadap dampak positif vaksinasi. Oleh karenanya, kami berharap kegiatan ini mampu memahamkan peternak tentang pentingnya vaksinasi dan juga cara menghadapi wabah PMK tersebut,” tandas Sarifah. (rilis: humas umm/editor: doni osmon)