Tagar.co – Para guru sosiologi di Banyuwangi kini memiliki cara baru dalam mengajarkan ilmu sosial kepada siswa mereka. Lewat diskusi interaktif bersama Program Studi Magister Sosiologi Direktorat Program Pasca Sarjana (DPPS) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), mereka menggali strategi pemberdayaan sosial yang lebih aplikatif.
Bertempat di SMAN 1 Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, forum yang melibatkan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sosiologi Banyuwangi ini membahas bagaimana menjadikan sosiologi lebih hidup dan relevan bagi generasi muda.
Sejak pagi, lebih dari 36 guru sosiologi dari berbagai sekolah di Banyuwangi antusias mengikuti forum ini. Diskusi yang dipandu oleh Ketua Program Studi Magister Sosiologi UMM, Rachmad K. Dwi Susilo, MA., Ph.D., menyoroti pentingnya pemberdayaan dalam masyarakat serta peran guru dalam menanamkan pemahaman kritis kepada siswa.
“Kami tidak hanya ingin mengajarkan teori, tetapi juga bagaimana mengimplementasikannya di dunia nyata. Pemberdayaan itu bukan sekadar konsep, tetapi praktik yang bisa mengubah masyarakat,” ujar Rachmad, dikutip dari siaran pers Humas UMM yang diterima Tagar.co, Jumat (14/2/25) siang.
Ia mencontohkan potensi pariwisata berbasis ekologi di Banyuwangi sebagai laboratorium sosial yang menarik bagi siswa. Dengan pendekatan ini, guru dapat membimbing siswa memahami dampak sosial dan ekonomi dari pariwisata, serta mendorong mereka berpikir kreatif untuk mengembangkan sektor tersebut tanpa merusak lingkungan.
Tidak hanya membahas materi akademik, forum ini juga menyoroti strategi pengajaran yang lebih interaktif. Rachmad menekankan perlunya pembelajaran berbasis lapangan agar siswa lebih tertarik dan mampu mengaitkan teori dengan kehidupan sehari-hari. “Kami ingin membantu guru membawa realitas sosial ke dalam kelas. Dengan begitu, siswa tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga dari pengalaman langsung di lapangan,” tambahnya.
Semangat kolaborasi antara UMM dan MGMP Banyuwangi pun semakin kuat. Kegiatan ini menjadi awal dari serangkaian program yang akan dilakukan secara berkelanjutan. Rachmad menegaskan bahwa pihaknya akan terus berkomunikasi dengan MGMP di berbagai kota di Jawa Timur untuk memperluas jangkauan dan dampak program ini.
“Kami tidak hanya ingin mengajarkan teori, tetapi juga bagaimana mengimplementasikannya di dunia nyata. Pemberdayaan itu bukan sekadar konsep, tetapi praktik yang bisa mengubah masyarakat,” ujar Rachmad, dikutip dari siaran pers Humas UMM yang diterima Tagar.co, Jumat (14/2/25) siang.
Ia mencontohkan potensi pariwisata berbasis ekologi di Banyuwangi sebagai laboratorium sosial yang menarik bagi siswa. Dengan pendekatan ini, guru dapat membimbing siswa memahami dampak sosial dan ekonomi dari pariwisata, serta mendorong mereka berpikir kreatif untuk mengembangkan sektor tersebut tanpa merusak lingkungan.
Tidak hanya membahas materi akademik, forum ini juga menyoroti strategi pengajaran yang lebih interaktif. Rachmad menekankan perlunya pembelajaran berbasis lapangan agar siswa lebih tertarik dan mampu mengaitkan teori dengan kehidupan sehari-hari. “Kami ingin membantu guru membawa realitas sosial ke dalam kelas. Dengan begitu, siswa tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga dari pengalaman langsung di lapangan,” tambahnya.
Semangat kolaborasi antara UMM dan MGMP Banyuwangi pun semakin kuat. Kegiatan ini menjadi awal dari serangkaian program yang akan dilakukan secara berkelanjutan. Rachmad menegaskan bahwa pihaknya akan terus berkomunikasi dengan MGMP di berbagai kota di Jawa Timur untuk memperluas jangkauan dan dampak program ini.