Hampir setiap hari media massa melaporkan soal dunia pendidikan kita yang mengenaskan. Anak-anak banyak yang terancam putus sekolah. Para orang tua mengeluh tak punya duit untuk membayar ongkos sekolah yang kini jumlahnya selangit. Padahal tingginya biaya sekolah itu belum tentu menjamin mutu pendidikan yang kini kian terperosok peringkatnya.
Bambang Sudibyo sebenarnya punya jawaban. Belum genap satu tahun, Menteri Pendidikan Nasional ini mencanangkan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Sebuah program wajib belajar bagi anak-anak berusia 7-15 tahun.
Triliunan rupiah anggaran pemerintah juga akan dikucurkan untuk membiayai program itu sebagai bentuk subsidi pendidikan. Dengan subsidi pemerintah itu, dapat dijamin biaya pendidikan di sekolah negeri maupun swasta bakal gratis. Dan kabarnya, jika anggaran itu disetujui DPR, dana itu akan digelontorkan mulai tahun ajaran 2005/2006. "Kita harapkan, usul bantuan operasional sekolah (BOS) ini bisa cair bertepatan dengan awal tahun ajaran baru," kata Bambang seusai mengikuti rapat koordinasi bidang kesejahteraan rakyat di Jakarta, Selasa lalu.
BOS merupakan bagian dari program kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) di bidang pendidikan. Dari Rp 6,2 triliun kompensasi BBM untuk pendidikan, Rp 5,6 triliun dialokasikan untuk BOS. Sisanya untuk beasiswa.
Guru besar Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini jelas berharap, subsidi dari pemerintah memperlancar program sekolah gratis bagi anak-anak yang putus sekolah. "Terutama bagi warga miskin yang tak bisa lagi mengenyam pendidikan," ujarnya.
Seperti apa program sekolah gratis yang kini dikebut realisasinya oleh Departemen Pendidikan Nasional itu? Bagaimana pula upaya Departemen mendongkrak mutu pendidikan nasional yang mulai merosot? Juga apa alasannya memberlakukan standardisasi penilaian dalam ujian? Kamis, 7 Juli silam, Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo menerima wartawan Tempo Bibin Bintariadi untuk sebuah wawancara di sela-sela kesibukannya mengikuti Muktamar Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur.