TEMPO.CO, Malang - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menganugerahkan UMM Award kepada mendiang Taufiq Kiemas sebagai tokoh bangsa, Selasa, 17 Juni 2014. Penghargaan UMM Award diberikan kepada mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat itu atas kiprah dan dedikasinya dalam mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, menjaga Bhinneka Tunggal Ika, serta merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Pemberian penghargaan ini juga sekaligus dalam rangka milad 50 tahun UMM dan memperingati kelahiran Pancasila," kata Pembantu Rektor Bidang Akademik UMM, Fauzan. Penghargaan berupa piagam itu diterima Megawati Soekarnoputri sesuai dengan keputusan Rektor UMM Muhadjir Effendy bernomor 210/SKPUMM/VI/2014.
Muhadjir Effendy mengatakan Taufiq Kiemas merupakan kader Muhammadiyah. Sebab, pada masa mudanya, Taufiq aktif di organisasi Pemuda Muhammadiyah. Pemberian penghargaan itu, kata dia, sekaligus bertujuan memelihara dan merajut silaturahmi dengan warga Muhammadiyah yang telah tersebar di berbagai komunitas dan organisasi. "Termasuk yang sudah berada di partai politik. Ngumpulke balung pisah (mengumpulkan tulang yang terpisah/menyatukan orang-orang yang terpisah)," katanya.
Menurut Muhadjir, Muhammadiyah bukan organisasi politik ataupun underbow partai politik mana pun. Tapi Muhammadiyah akan tetap menjaga kedekatan dengan semua kekuatan politik, terutama partai politik yang digerakkan kader Muhammadiyah.
Setelah menerima penghargaan, Megawati menyampaikan pidatonya. Ia membuka pidato dengan menyebut nama almarhum suaminya tersebut. Mega sempat tercekat dan berusaha menahan air mata. Namun Megawati melanjutkan pidatonya dan mengatakan penghargaan tersebut sangat luar biasa. "Selama 40 tahun berkeluarga, kami berantem bukan urusan pribadi. Tetapi karena masalah kebangsaan dan politik yang intens kami diskusikan," katanya.
Megawati hadir bersama Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Sumber Daya dan Dana Effendi Muara Sakti Simbolon, Wakil Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto, Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiah Siti Nurdjannah Djohantini, dan Ketua Badan Pembina UMM Abdul Malik Fadjar.
