Tiga mahasiswa Chu Livia Christine Wijaya, Muhammad Ammar Nashshar Yusuf, dan Kiki Rahma Ardiansyah berhasil menyelesaikan studi dan lulus tanpa skripsi. Dokumentasi: Istimewa.
TEMPO.CO, Jakarta - Berkat produksi film berjudul “Tidak Mati, Aku Tetap Menjadi Milikku Selalu” yang meraih penghargaan honorable mention dalam ajang Student World Impact Film Festival (SWIFF) 2023 di Amerika Serikat, tiga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) lulus tanpa skripsi.
Tiga mahasiswa berprestasi tersebut adalah Chu Livia Christine Wijaya, Muhammad Ammar Nashshar Yusuf, dan Kiki Rahma Ardiansyah. Mereka berhasil menyelesaikan studi dan lulus tanpa skripsi.
Chu Livia Christine Wijaya mengatakan film yang mereka produksi masuk seleksi di Lift-Off Filmmaker Sessions by Lift-Off Global Network 2023. Film yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi Not Dead, I Remain Mine Always itu membuat Chuli dan dua rekannya Muhammad Ammar Nashshar Yusuf sebagai director of photography dan Kiki Rahma Ardiansyah sebagai sutradara lulus dari jurusan Ilmu Komunikasi UMM lewat jalur non-skripsi dan prestasi.
“Senang dan bersyukur pastinya. Lewat penghargaan ini film kami dihargai dan diakui oleh dunia. Ini juga sebagai pembuktian bahwa anak UMM memang bisa berprestasi di taraf internasional. UMM juga sangat mengapresiasi capaian ini dengan memberikan kelulusan lewat jalur non-skripsi,” ungkapnya dilansir dari situs muhammadiyah.or.id pada Rabu, 30 Agustus 2023.
Film Berkisah tentang Edukasi Kasus Pernikahan Dini
Lebih lanjut, Chuli menjelaskan sinopsis film tersebut menceritakan tentang perempuan muda bernama Sukma yang berusia 14 tahun yang dijodohkan oleh orang tuanya dengan orang kaya dari kota. Seminggu sebelum hari pernikahannya, Sukma mencari cara agar terhindar dari pernikahan yang tidak diinginkan tersebut.
“Film ini memiliki pesan kuat dalam kasus pernikahan dini di Indonesia. Bagi sebagian pemikiran orang, pernikahan dini mungkin akan menyelesaikan masalah ekonomi. Tapi, hal tersebut justru memiliki dampak negatif, baik dari segi fisik hingga mental,” jelasnya.
Chuli juga menyampaikan proses produksi film ini dilakukan selama empat hari yang lokasinya mengambil latar tempat di Kota Malang, Kota Batu, Pujon Kidul dan pantai Malang Selatan. Tapi, persiapan dari mulai penulisan naskah sampai final draft, reading, dan pencarian talent yang ada pada pra-produksi dibutuhkan waktu sebulan. Ditambah pasca produksi sekitar 4-5 bulan lamanya.
“Saya dan dua rekan saya, sebelumnya juga sering memproduksi film bersama teman-teman lainnya yang tergabung dalam “Meraki Visual.” Alhamdulillah, film-film yang kami buat sebelumnya juga mendapatkan banyak penghargaan," ujarnya,
Dia mencontohkan misalnya film Bumi yang berhasil meraih best director, actor dan views dalam ajang Indodax Short Film Festival. Ada juga film Persembahan untuk Jiwa yang berhasil meraih juara tiga dalam lomba Movie Production Club (MPC) Film Festival 2021 dan Rekah yang berhasil meraih juara satu dalam lomba Yamaha Film Festival 2021, serta Samparan berhasil masuk 15 besar Indodax Short Film Festival 2022.
Ia berharap, film Tidak Mati, Aku Tetap Menjadi Milikku Selalu ini bisa memberikan pesan baik untuk para penonton. Ia juga berharap film tersebut bisa mendapatkan penghargaan lainnya.
“Pesan untuk teman-teman yang masih ragu untuk berkarya yaitu coba saja dulu, coba saja dulu, mulai aja dulu, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada nasib karya yang kita buat,” katanya.