Pengelolahan Konflik Antar Perguruan Silat di Timor Leste

Author : Humas | Minggu, 24 September 2023 19:52 WIB | times indonesia. - times indonesia.

Jose Agostinho D.B.P, Mahasiswa Doktor Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Konflik merupakan salah satu tantangan dalam setiap kehidupan bik pada era modern maupun era lampau dari setiap negara. Konflik juga sering dianggap oleh para ahli sosiologi sebagai hasil dari sebuah interaksi sosial antar berbagai komponen suatu masyarakat. Adanya konflik baik mengenaik agama suku, budaya menjadi sebuah isu yang selalu menarik untuk disimak. Tidak terkecali konflik yang terjadi di Timor Leste. Adanya aliran-aliran berupa organisasi dan perkumpulan seni bela diri baik yang asli dari Timor Leste dan juga yang terbawa dari jaman kependudukan Indonesia membuat adanya konflik antar aliran tersebut.

Tidak sedikit kejadian yang menyebabkan jatuhnya korban dan kerugian material di dalam masyarakat, ada pembakaran rumah, ada pembunuhan yang bermotif aliran, ada tawuran-tawuran yang berakhir dengan jatuhnya begitu banyak korban nyawa dan juga yang ikut jadi korban orang-orang yang sama sekali tidak terlibat dalam perkumpulan-perkumpulan bela-diri.

Melihat rentannya konflik antar aliran perguruan silat tersebut membuat Jose Agostinho D.B.P, Mahasiswa Doktor Sosiologi UMM tertarik untuk melakukan mengangkat tema tersebut menjadi sebuah penelitian denagn judul Model Pengelolahan Konflik Menuju Integritas Sosial. Penlitian yang berfokus mengungkap faktor apa saja yang menyebabnya terjadinya konflik antar perguruan silat Artes Rituais dan Artes Marciais serta bagaimana kebijakan pemerintah dalam menangani kasus tersebut dilakukan di Distrik Dili Timor Leste.

Faktor penyebab terjadinya konflik

Melalui data dan hasil penelitian yang ia lakukan, terungkap bahwa adanya ketidaksesuaian sasaran di antara dua pihak yang menyebabkan terjadinya sebuah konflik. Selain itu Arte Rituais dan Arte Marciais statusnya sebagai perguruan atau sebagai organisasi massa, hal ini dikarenakan adanya kelompok-kelompok kepentingan tertentu yang menggunakan kegiatan dari kelompok pencak silat sebagai kekuatan politik partai pada saat ini.

Disisi lain ketidakdisiplinan dari para anggota kelompok juga menyumbang andil yang cukup besar akan terjadinya konflik. Adanya kepentingan pribadi dari para anggota tertentu yang dikaitkan dengan perbedaan organisasi yang akhirnya menyebabkan terjadinya tindakan pelanggaran Hukum. Faktor lainnya adalah kurangnya badan pengawas yang melakukan pengawasan memenuhi kewajibannya. 

Kebijakan pemerintah Timor Leste atas konflik antar perguruan silat

Jose mengungkap bahwa sebetulnya ada kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam mengatasi konflik tersebut. Namun menurut pengamatannya ada kecenderungan bahwa pemerintah masih terkesan belum bisa maksimal dalm menyelesaikan permasalahan ini. Seperti kebijakan pelarangan dari kedua aliran pencak silat tersebut untuk melakukan aktivitas yang kurang didukung dengan jumlah personil yang cukup dalam pelaksanaan dilapangan yang menyebabkan kebijakan ini tidak efektif. 

Selain itu model model pelarangan yang diadopsi oleh pemeritah bukanlah model yang ideal bila dilihat dari beberapa faktor yang ikut mempengarhi, seperti kemampuan apparatur penegak hukum, masalah anggaran yang tidak memadai dan, terlebih lagi, bertentangan dengan Hak- hak asasi manusia yang telah diatur dalam Konstitusi Timor Leste. Keadaan ini ysng akhirnya dalam perhelatan politik dan pemilu banyak pimpinan partai politik terkemuka memutuskan mendekati para perguruan beladiri secara terbuka.

Beberapa saran yang juga disematkan dimana ia berharap pihak pemerintah hendaknya membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Timor Leste agar meningkatkan kesejahteraan ekomoni dan mencegah terjadinya konflik antar organisasi masyarakat dan Pemerintah segera membuat peraturan Hukum dan Undang Undang tentang keberadaan dan kegiatan dari para organisasi perguruan silat, agar mencegah terjadinya konflik yang menimbulkan perpecahan masyarakat secara umum serta perlu adanya revisi akan kebijakan yang sudah ada untuk dapat mengoptimalkan pencegahan dan penanganan konflik agar tidak semakain berkepanjangan.

*) Oleh: Jose Agostinho D.B.P, Mahasiswa Doktor Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang.


Editor : Deasy Mayasari
Sumber: https://timesindonesia.co.id/amp/kopi-times/470121/pengelolahan-konflik-antar-perguruan-silat-di-timor-leste
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori