Saipul, mahasiswa program studi Doktor Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang.
TIMESINDONESIA, MALANG – Indonesia sebagai status negara berkembang yang kaya akan potensi sumber daya alamnya dan dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya menggantungkan mata pencahariannya pada sektor pertanian. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan selain sebagai negara yang memiliki potesi pertanian yang besar, ada ancaman yang cukup serius pada sector pertanian dimana maraknya perpindahan fungsi lahan pertanian ke non pertanian yang berakibat berkurangnya kuantitas lahan pertanian serta berdampak pada penurunan produktivitas, sehingga pemerintah daerah berperan sangat penting dalam mencegah alih fungsi lahan dan melakukan upaya ganda untuk menyadarkan petani akan isu alih fungsi lahan pertanian.
Salah satu program upaya pemerintah Kalimatan Tengah menjadikan Kabupaten Kapuas sebagai penghasil beras terbesar di Kalimantan Tengah dan untuk mewujudkannya tentunya harus ada dukungan seluruh lapisan dari masyarakat yang memiliki lahan pertanian, hal ini dikarenakan masyarakat petani merupakan salah satu aktor penting atau partner pemerintah dalam mencapai tujuan dari pemerintah Kabupaten Kapuas.
Desa Terusan Raya Barat merupakan salah satu dari beberapa desa yang dijadikan pemerintah Kabupaten Kapuas sebagai penghasil padi, namun sekarang di desa ini terdapat beberapa lahan sawah yang dijadikan sebagai lahan komoditas lain oleh masyarakat petani diantaranya yaitu komoditas tanaman sengon yang dinilai masyarakat petani sebagai tanaman yang cukup menjanjikan dalam hal ekonomi.
Pergeseran komoditas ini juga dapat berdampak pada struktur sosial masyarakat petani. Kehidupan petani padi yang telah terikat dalam pola pertanian selama berabad-abad dapat berubah dengan adanya perubahan ini.
Pergeseran ini mungkin dapat menyebabkan migrasi petani atau perubahan dalam pola pekerjaan anggota keluarga, karena mempengaruhi cara mereka mengakses sumber daya dan mencari nafkah. Hal inilah yang membuat Saipul, mahasiswa program studi Doktor Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang ini melakukan penelitian dengan berfokus pada pergeseran komoditas pertanian yang ada di Desa Terusan Raya Barat ini.
Dari hasil pengamatan dan juga wawancara awal dengan beberapa petani yang ada di desa tersebut, ditemui bahwa kebanyakan petani yang menjadikan lahan sawahnya sebagai budidaya sengon tergolong petani dengan semua golongan kelas ekonomi, baik petani yang memiliki lahan yang kecil atau sempit maupun petani yang memiliki lahan di beberapa lokasi dan dengan ukuran sawah yang relatif cukup luas untuk di tanami pohon sengon akan tetapi ada juga sebagian petani dengan kelas ekonomi ke bawah yang hanya memiliki satu lahan dan tidak begitu cukup luas dijadikan sebagai budidaya sengon karena dianggap memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan dan tidak memerlukan perawatan rutin seperti halnya tanaman padi sehingga menarik kiranya untuk diteliti lebih mendalam mengenai bagaimana pilihan rasional dalam alih komoditas pertanian
Melalui hasil olah data dari penelitiannya Saipul menjelaskan bahwa ada rasa kurang percaya pada komoditas padi yang ada dikarenakan mereka sering mengalami kegagalan panen baik dikarenakan serangan hama tanaman maupun faktor alam. Alasan itu lah yang kemudian menjadi sebuah petimbangan bagi para petani untuk mencari alternatif dengan memanfaatkan lahannya dengan ditanamani sengon. walaupun ada beberapa orang yang memberikan saran agar lahan pertanian yang ada itu ditanami dengan tanaman lainnya seperti kelapa, sawit yang hasilnya juga tidak kalah dari sengon, namun sengon lah yang dijadikan pilihan dan dianggap masuk akal bagi.
Di samping itu, keterbatasan modal dalam bertani juga menjadi sebuah kendala seperti yang diutarakan oleh subjek penelitian yang Saipul teliti dimana ia tidak bisa menebus pupuk yang ada untuk kebutuhan tanaman padinya, ia lebih memilih untuk membeli kebutuhan sehari-harinya daripada harus berspekulasi apakah tanaman padi akan berhasil atau tidak.
Dalam proses pengambilan keputusan peralihan komoditas padi ke sengon juga tidak serta merta terjadi secara instan, namu melalui berbagai macam proses yang sudah dilalui. Faktor ekonomi sebagai tambahan pendapatan sering kali menjadi alasan atau dorongan bagi para petani untuk membuat pilihan dalam menanam sengon, mengingat seringnya mengalami kegagalan dalam bertani padi sehingga timbul keinginan agar lahan yang ada bisa dimanfaatkan secara maksimal dengan menanam sengon dan tetap menghasilkan bagi kehidupan mereka.
Di samping itu, faktor sosial juga tidak kalah penting bagi petani sebagai dorongan dalam mengambil keputusan untuk menanam sengon, dengan adanya budaya merantau baik karena sekolah atau mencari pekerjaan di sektor lain selain dari pertanian dan factor dimana mereka yang biasa membantu dalam proses pertanian padi mulai beralih ke profesi lain. Akhirnya lahan yang ada tidak dimanfaatkan secara maksimal dan terbengkalai begitu saja maka pilihan untuk mengalihkan komoditas pertaniannya dari padi ke sengon menjadi kuat dan dianggap paling rasional rasional.
Disisi lain adanya anggapan bahwa sengon memiliki prospek atau peluang usaha yang sangat bagus juga menjadi dorongan bagi petani untuk membudidayakan sengon tersebut, di samping itu adanya transaksi penjualan sengon yang lumayan besar dengan puluhan juta dan dilihat sendiri oleh para petani semakin menambah keyakinan dan motivasi untuk membudidayakan sengon. Lalu factor adanya pabrik pengolahan kayu sengon yang beroperasi di kabupaten tetangga terdekat yang mendukung hasil hutan tanaman rakyat juga menjadi dorongon tersendiri bagi petani untuk membudidayakan sengon. Tentunya dengan adanya dukungan dari pemerintah dan adanya pabrik sengon yang siap menampug hasil budidaya petani tersebut menambahkan minat petani untuk menanam sengon lebih banyak.
Keinginan menjadi petani sengon yang awalnya merupakan pilihan perorangan yang berasal dari keinginan agar lahan pertanian bisa dimanfaatkan dan tidak dibiarkan terbengkalai begitu saja karena tidak lagi ditanami padi, lalu menjadi suatu pilihan orang banyak karena suatu dorongan, kekuatan dan pengaruh yang berasal dari individu tersebut, sehingga pengaruh dari lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap keputusan dari petani. Dalam teori pilihan rasional Coleman disebutkan bahwa itu disebut dengan system berangkat dari mikro ke makro yaitu pilihan individu kemudian menjadi pilihan orang banyak atau sosial.
Saipul juga melihat dari sisi lingkungan bahwa budidaya sengon juga tidak selalu menampilkan kemudahan dalam perjalannya, petani harus ekstra kerja keras juga apabila musim kemarau tiba apalagi kemarau yang berkepanjangan seperti yang pernah terjadi di Desa Terusan Raya Barat Kecamatan Bataguh Kabupaten Kapuas. Ketika musim kemarau tiba, lahan dari tanaman budidaya sengon juga harus bersih dalam rangka untuk mengantisipasi kemungkinan kebakaran lahan gambut yang bisa merambat ke kebun para petani bahkan ke pemukiman warga setempat serta ada resiko yang cukup tinggi apabila kebakaran tersebut membakar habis tanaman sengon mereka yang sudah ditanam sejak lama.
Dari sinilah pentingnya peran pemerintah dan pihak terkait untuk memahami bagaimana realita kehidupan petani dan memberikan dukungan yang diperlukan pada petani serta kebijakan yang tepat untuk membantu petani beradaptasi dengan perubahan komoditas pertanian.