Temuan Mahasiswa PPs UMM: Ada Kentang di Malang Terkontaminasi Mikroplastik

Author : Humas | Senin, 11 Desember 2023 09:27 WIB | times indonesia. - times indonesia.

Dr. Shazma Anwar MSc, mahasiswa internasional Pascasarjana Ilmu Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Dr. Shazma Anwar MSc, mahasiswa internasional Pascasarjana Ilmu Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

TIMESINDONESIA, MALANG – Beberapa waktu lalu, kita dikejutkan postcast seorang Influencer yang mengangkat ulang temuan BPOM bahwa air mineral dalam kemasan dari salah satu produsen terkenal di Indonesia mengandung cemaran zat kimia Bisfenol A (BPA).

Di pengujung 2023 ini, seorang mahasiswa postdoctoral asal Pakistan yang sedang studi lanjut di Direktorat Pascasarjana UMM me-warning tentang kontaminasi mikroplastik pada tanaman pangan.

Penggunaan plastik sekali pakai di Indonesia masih sangat umum. Bukan hanya pada botol plastik, tapi juga pada kemasan makanan lainnya. 

Hal itulah yang menjadi dasar dari masalah cemaran mikroplastik semakin meresahkan. Utamanya pada penggunaan yang ceroboh. Padahal di negara maju, penggunaan plastik sekali pakai  dibatasi dengan ketat, antara lain dengan penerapan cukai plastik. 

Hal ini memantik Dr. Shazma Anwar MSc, mahasiswa internasional Pascasarjana Ilmu Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk melakukan penelitian terkait dengan kontaminasi mikroplastik pada budidaya kentang. 

Pada dasarnya mikroplastik adalah partikel kecil dengan diameter kurang dari 5 mm yang dapat mencemari lingkungan.

“Alasan memilih kentang karena menjadi salah satu makanan pokok di beberapa belahan dunia. Selain itu, kentang yang termasuk dalam kategori umbi-umbian dapat menjadi sasaran empuk dari mikroplastik,” ujar Shazma.

Dengan mentor Dr. Ir. Roy Hendroko Setyobudi, M.Si, selaku lulusan pascasarjana Ilmu Pertanian UMM, penelitian selama lima bulan ini membawa Shazma ke berbagai tempat budidaya kentang di Malang Raya. Mulai dari Desa Pujon Kidul, Desa Sumber Brantas, Desa Ngadas, dan Desa Ngantang. 

Hasilnya, menunjukkan bahwa sampel kentang di semua  wilayah tersebut terkontaminasi mikroplastik dengan kelimpahan 0,02 sampai dengan 0, 24 partikel g–1. Bahkan, produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berupa kripik kentang yang dipilih di beberapa toko oleh-oleh secara acak pun, mengandung mikroplastik.

Sedangkan, bentuk mikroplastik yang paling mendominasi dari penelitian tersebut adalah filamen dan serat. Di mana filamen bersumber dari kantong dan kemasan plastik, polybag, serta plastik UV. Sementara itu, serat mikroplastik berasal dari air cucian pakaian, deterjen, sabun, bahan kecantikan, filter rokok, sachet kopi dan teh,  pampers, dan lain sebagainya.

Selain itu, mulsa plastik yang sering digunakan dalam pertanian di Indonesia juga menjadi penyumbang cemaran mikroplastik. Padahal pada dasarnya, plastik berbasis minyak bumi tidak dapat musnah. Malah ukurannya pun semakin mengecil —nanoplastic seiring waktu, dengan dampak memperbesar kelimpahan pencemaran. 

Tanah yang tercemar dapat menyebabkan penyumbatan akar tumbuhan, mematikan organisme  tanah yang bermanfaat, menurunkan kesuburan tanah, dan mengganggu pertumbuhan tanaman. Dampak lebih buruk,  bahkan dapat masuk ke buah yang dikonsumsi manusia, atau batang dan daun yang dimakan hewan. Sehingga, berpotensi membahayakan kesehatan.

Hal ini dibuktikan pada uji coba tikus yang diberikan kentang terkontaminasi mikroplastik. Dalam waktu tiga minggu, tikus tersebut mengalami kematian. Mengindikasikan risiko serius yang dapat ditimbulkan oleh mikroplastik terhadap lingkungan dan kesehatan.

Suatu ironi, Dr. Shazma dan Dr. Roy juga menemukan pencemaran mikroplastik telah terdapat pula di tanaman padi dan jagung di wilayah Malang Raya. 

“Kita tidak dapat menghindari penggunaan plastik dalam era now. Tapi penggunaan plastik harus secara bijak, antara lain dengan penerapan 4R. UMM harus bergerak cepat dalam penelitian dan penerapan tentang bioplastik yang biodegradable – khususnya generasi ke-2, agensia bioremediasi untuk pemulihan cemaran mikroplastik, pembuatan pupuk organik bebas mikroplastik, dan juga phytobioremediasi dan bio-absobent pada air irigasi sebelum masuk ke lahan pertanian,” katanya. (*)

Sumber: https://timesindonesia.co.id/pendidikan/479647/temuan-mahasiswa-pps-umm-ada-kentang-di-malang-terkontaminasi-mikroplastik
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori