IMESJATIM, MALANG – Sebanyak 72 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Jawa Timur melakukan penandatanganan kerjasama atau MoU dengan pihak Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (20/11/2019).
Itu dilakukan bersamaan dengan gelaran Seminar, Workshop dan Musyawarah Daerah Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) Jawa Timur. Perwakilan dari setiap kampus secara bergantian melakukan MoU yang ditandatangani langsung oleh Kepala Perpusnas RI Muhammad Syarif Bando.
Ketua Panitia Yeni Fitria Nurrahman menjelaskan alasannya mengapa memilih UMM sebagai tempat pelaksanaan Musda FPPTI Jatim ini. Menurutnya, UMM menjadi tempat pertama kali terbentuknya FPPTI Jatim.
“Kita mengulang sejarah dari Musda yang pertama yaitu terbentuknya FPPTI Jawa Timur pertama kali dibentuk di sini (UMM). Kita ingin mengulang semangat itu kembali,” ujarnya kepada TIMES Indonesia.
Forum ini juga menggelar work shop dan seminar dengan narasumber Kepala Perpusnas RI Muhammad Syarif Bando, Wakil Rektor I UMM Prof Dr Syamsul Arifin, Ida Fajar Priyanto dari UGM, Rikarda Ratih Saptaastuti dari Universitas Katolik Soegijapranata dan Felicia Goenawan dari Universitas Kristen Petra Surabaya.
Peserta workshop diikuti 150 peserta dari Jatim, ada juga dari Jabar dan Jateng. “Mereka tertarik dengan kegiatan FPPTI di Jatim ini. Bahkan saking membludaknya, kita sampai menolak peserta,” aku pustakawan UNUSA Surabaya itu.
MoU kerjasama ini bertujuan salah satunya untuk memberikan akses yang seluas-luasnya antara perpustakaan perguruan tinggi dengan perpustakaan nasional. Dari ini mereka bisa saling tukar informasi yang ada di perpustakaan, akses e-jurnal, e-book dan lain-lain.
Ketua FPPTI Jawa Timur Amirul Ulum menjelaskan, Musda adalah forum berakhirnya kepengurusan dan untuk memilih ketua baru periode 2019-2022. Acara berlangsung selama tiga hari mulai 20 November 2019 sampai 22 November 2022.
“Musda ini adalah bagian dari evaluasi. Bagaimana pengembangan pustakawan atau sumber daya manusia. Untuk ke depan kita perlu memelihara sinergitas baik daerah atau pusat,” ungkapnya.
Pihaknya berharap, kepengurusan yang terpilih selanjutnya mampu mengembang amanah dengan baik. Sesuai dengan prinsipnya, yaitu independen dan egaliter.
“Independen tidak terpengaruh dengan pihak lain. Egaliter adalah kita sama atau sejajar. Tidak ada perguruan tinggi yang besar dan kecil. Semuanya sama di sini,” tegas pustakawan UBAYA Surabaya itu.
Kepala Perpusnas RI Muhammad Syarif Bando mengajak pustakawan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Selain itu melakukan update informasi terutama konsep transfer knowledge.
"Belum banyak Prodi yang mengajarkan bagaimana mengatur koleksi menjadi mengatur knowledge. Apalagi transfer knowledge," bebernya.
Soal itu, kata Syarif, perlu dilakukan dan dimaksimalkan. Karena negara maju saat ini sudah tidak lagi berkutat dengan pembahasan revolusi industri 4.0.
"Mereka sudah jauh melakukan realisasi. Sebab itu, makna literasi jangan dipersempit seputar text book. Tapi bagaimana menciptakan barang dan jasa yang bermanfaat dan diakui dunia," tandasnya.
Dengan dilakukannya penandatanganan MoU dengan Perpusnas RI di UMM ini, 72 kampus tersebut saat ini diharapkan mampu memaksimalkan akses dan kesempatan yang ada.