Editor: Fransina Luhukay
HO/Dok Pribadi | Nada Riviani Maulidia, Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang
Oleh: Nada Riviani Maulidia,
Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional
Universitas Muhammadiyah Malang
GLOBALISASI nampaknya sudah menjadi tolak ukur untuk perkembangan dunia, baik itu dari sisi ekonomi, sosial,politik maupun budaya. Seperti yang diketahui bahwa globalisasi berawal dari kata global yang artinya universal, dan memiliki makna yang akan menjadikan sesuatu mengalami perkembangan tanpa dibatasi oleh wilayah dan waktu.
Maka dari itu, dapat didefinisikan bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena yang muncul dalam peradaban manusia dan bergerak maju secara terus menerus dalam masyarakat global dan ini adalah inti dari proses kehidupan manusa. Globalisasi hadir diseluruh aspek penting kehidupan dimana menciptakan berbagai tantangan dan juga permasalahan yang seolah seperti teka teki meminta untuk terus dijawab dan juga dipecahkan.
Globalisasi juga diartikan sebagai sebuah koneksi global, baik itu dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, ataupun politik. Teknologi penyebaran informasi adalah faktor utama dalam mendukung berlangsungnya globalisasi. Perkembangan teknologi di zaman sekarang sangat cepat sehingga komunikasi dan juga pertukaran informasi tidak sulit untuk didapatkan. Informasi tersebut yang akhirnya menyebar luas ke seluruh dunia. Sehingga, globalisasi tentunya tidak dapat kita hindari kehadirannya.
Kemunculan globalisasi sebagai sebuah proses kehidupan manusia yang di pahami untuk kemajuan peradaban manusia ini tentunya memberikan dampak baik itu dampak yang positif maupun dampak yang dapat dikatakan buruk. Melihat dari sisi positif, tentu kita semua merasakan adanya pergerakan yang lebih baik dalam berjalannya globalisasi seperti mudahnya mendapatkan informasi, kemudian teknologi yang mempermudah aktivitas kita sebagai manusia yang dituntut untuk produktif. Kemudian dampak baik juga dapat dilihat dari ruang sosial yang semakin terbuka lebar dan memudahkan kita sebagai makhluk sosial dengan gampang untuk bertemu dengan banyak orang baru, kemudian juga berkembangnya dengan pesat ilmu baru.
Namun, di balik itu semua tentu akan melahirkan dampak yang buruk jika kita lihat secara jauh dan mendalam. Seperti yang diketahui bahwa globalisasi juga berarti terjadinya pertukaran budaya, contohnya budaya barat yang masuk ke Indonesia, hal yang baik namun berujung pada perubahan pola pikir masyarakat dan tidak sedikit kita menemukan ada banyak budaya barat yang di adopsi oleh masyarakat Indonesia dan tentu melawan nilai-nilai yang ada di negara kita atau ini dapat disebut dengan pergeseran budaya masyarakat yang menghkhawatirkan.
Derasnya arus globalisasi akhirnya memberikan pengaruh besar dalam tatanan hidup masyarakat dunia. Artinya bahwa globalisasi memegang peran besar terhadap berlangsungnya suatu budaya dan juga gaya hidup masyarakat global. Salah satunya adalah pergeseran budaya, yaitu budaya yang masuk akibat adanya proses globalisasi yang dinilai lebih memudahkan.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia adalah negara yang berada pada budaya timur dan banyak sumbernya dari Al Quran. Tentunya, pergeseran budaya yang terjadi akibat globalisasi ini sangat bertolak belakang dengan budaya Indonesia. Kebudayaan Indonesia sudah sangat berakar kuat yang dimana menyesuaikan diri dengan kebudayaan timur seperti mencerminkan keramahan dan juga rasa saling menghormati terhadap seluruh eksistensi yang ada hingga saat ini.
Pergeseran budaya termasuk pada terjadinya kosumerisme, akibat dari globalisasi yang juga memperluas pasar. Kemudian terjadinya pola individualisme dikalangan remaja, sikap ini tentunya bertolak belakang dengan dengan ciri khas Indonesia yang ramah tamah, berinteraksi antar sesama dan juga bergotong royong. Kemudian yang paling menonjol adalah tidak menutup kemungkinan akan tersebarnya paham sekularisme yang membuat semakin meleburnya budaya barat di Indonesia.
Oleh karena itu, pergeseran budaya akibat globalisasi ini pada akhirnya tidak lepas dari pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia salah satunya pergeseran budaya hubungan dikalangan remaja yang sudah sangat mengkhawatirkan. Istilah tersebut biasa dikenal dengan nama Friends With Benefits (FWB) dan ini seolah menjadi tren di kalangan remaja Indonesia saat ini.
Pergeseran budaya menghasilkan suatu budaya baru tentang hubungan yaitu Friends With Benefits atau dikenal dengan FWB. Zaman dulu, kita lebih mengenal istilah free sex, kumpul kebo, teman tapi mesra (TTM) dan sebagainya, namun sekarang kita menghadapi istilah baru yaitu Friends With Benefits (FWB). FWB adalah sebuah hubungan yang paling mudah juga sederhana yang dimana dapat dilakukan tanpa adanya ikatakan hubungan yang jelas seperti layaknya sepasang kekasih ataupun sepasang suami istri. Para pelaku FWB dapat melakukan aktivitas seksual tanpa adanya komitmen yang jelas, hal ini kemudian juga dikatakan oleh para ahli bahwa FWB adalah sarana untuk trial and error dalam mempersiapkan komitmen yang sesungguhnya dimasa depan.
Dalam hubungan FWB, digunakan untuk mereka yang ingin melakukan hubungan seksual tanpa adanya ikatakan emosi, seperti ikatan cinta. Kemudian, yang sangat menghkhawatirkan, tren ini sudah masuk di Indonesia dan tidak sedikit kita jumpai hal-hal ini dikalangan remaja dan juga dewasa. Bahkan, tanpa disadari ini telah di normalisasikan dan dibiarkan begitu saja. Akibatnya, terjadi kemerosotan moral dalam kehidupan dunia remaja pada saat ini karena tren FWB yang seolah menjamur dengan sekejap mata.
Sehingga, dari globalisasi kita bisa melihat dampak yang dihasilkan seperti pergeseran budaya yang sudah sangat menghawatirkan dengan adanya kemunculan istilah yaitu Friends With Benefits atau dikenal dengan istilah singkatan FWB. Dalam kasusnya, FWB bukanlah suatu hal yang mencerminkan suatu hal yang positif. Melihat bagaimana dewasa ini masyarakat khususnya remaja sangat mewajarkan FWB dengan alasan bahwa itu adalah hal yang simple dan juga tidak merepotkan.
Namun, sadarkah kita? Bahwa ternyata kegiatan ini sangat memberikan dampak bagi pola pikir dan perilaku kalangan remaja. FWB seolah menyumbangkan lebih banyak masalah, diantaranya penularan penyakit seksual yang tentunya sudah tidak asing lagi kita dengar, mengingat beberapa kota di Indonesia memiliki kasus penyakit seksual yang cukup tinggi dikarenakan seperti sesuka hati untuk berganti-ganti pasangan.
Kemudian, kegiatan FWB ini sendiri memberikan dampak pada para remaja seperti kehamilan yang tidak direncanakan (KTD) bahkan tidak sedikit kasus aborsi yang dilakukan oleh para remaja saat ini. Tentunya ini menyalahi aturan, terlepas kita melihat ada banyak pendapat aborsi boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh para aktivis HAM dan juga para tokoh feminis.
Terlepas dari itu semua, kegiatan-kegiatan ini sangat merugikan terlebih bagi para perempuan yang mendapatkan dampak buruk paling banyak. Sehingga, dampak dari globalisasi yang satu ini sudah mencapai pada tahap yang mengkhawatirkan, karena tentu kita tidak melupakan masa depan bangsa yang akan datang. Akankah kita membiarkan budaya ini terus berjalan di tengah negeri yang sedang merangkak menuju kemerdekaan yang sesungguhnya? Tentu tidak.***