TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Bupati Pamekasan, Baddrut Tamam membagikan kisah perjuangannya semasa menempuh kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Kisah itu, ia ceritakan di hadapan ribuan calon Wira Usaha Baru Pamekasan yang mengikuti pelatihan di aula Pendopo Mandhapa Aghung Ronggosukowati, Rabu (29/7/2020).
Baddrut Tamam menceritakan, sekitar tahun 2000, saat dirinya masih kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang, pernah berjualan kerupuk di sejumlah pasar Kota Malang.
Kala itu, ia kulakan kerupuk di Kecamatan Prenduan, Kabupaten Sumenep.
Namun, kerupuk tersebut, tidak ia jual dalam bentuk biasa-biasa saja.
Melainkan diberi merek dan dikemas dengan plastik yang semenarik mungkin.
"Setelah dikemas dan diberi merek, lalu saya jual kerupuk itu di pasar-pasar Kota Malang," kata Baddrut Tamam.
"Karena waktu itu masih agak malu dan takut ketahuan mahasiswa atau mahasiswi, ketika menjual kerupuk ke pasar, saya pakai masker," cerita dia.
Dalam sepekan, setiap hari Sabtu, sekitar pukul 06:00 WIB, Baddrut Tamam mengaku harus sudah berangkat ke sejumlah pasar di Kota Malang untuk menitipkan kerupuk dagangannya ke berbagai warung.
Lalu, hari Minggunya, ia pindah ke pasar lain untuk menitipkan kerupuk dagangannya itu.
"Setiap pekan juga, saya melakukan aktivitas ke pasar untuk mengambil kerupuk saya yang sebagian belum laku untuk diganti kerupuk yang baru," ceritanya.
"Setiap pekan, sembari kuliah, saya biasa melakukan kegiatan berwirausaha itu," tambahnya.
Seiring berjalannya hari, Baddrut Tamam mengaku dagangannya mulai diminati banyak pelanggan.
Karena banyaknya pelanggan itu, lalu ia mencoba inovasi baru untuk mempertahankan eksistensi produk kerupuk dagangannya supaya tetap laris.
Yaitu, menjual kerupuknya menjadi dua bentuk kemasan.
Kemasan pertama, ia kemas kerupuknya yang masih mentah, dan kemasan ke dua, kerupuknya dijual dalam bentuk yang sudah matang.
Kemasannya pun sama, ia mengemas dengan plastik yang semenarik mungkin dengan merek produk yang serupa.
"Produk kerupuk yang mentah itu, saya jual di pasar-pasar Kota Malang dan produk kerupuk yang sudah matang itu saya titipkan di sejumlah warung di Kota Malang," ujarnya.
Sekitar 20 tahun yang lalu itu, saat Baddrut Tamam menekuni usahanya tersebut, dalam sepekan, ia bisa mendapatkan penghasilan bersih senilai Rp 500 ribu.
Bila penghasilan itu dibagi dalam setiap dua pekan, ia mengaku bisa mendapat untung bersih mencapai Rp 250 ribu.
"Saya jualnya hanya sampai jam 12.00 WIB siang. Karena selepas jam itu, pasar di Kota Malang sudah banyak yang tutup," urainya.
Namun, hal yang luar biasa dan masih membekas di benaknya sampai saat ini, ketika ia bisa mempekerjakan sebanyak 22 karyawan untuk ikut andil mengembangkan usaha kerupuknya tersebut.
Kala itu, ia memutuskan merekrut karyawan, sebab permintaan kerupuknya di sejumlah warung cukup banyak peminat.
"Dulu produk kerupuk saya, saya beri merek 'Kerupuk Nikmat'. Saya punya 22 karyawan itu meliputi karyawan pengemas, dan karyawan tukang goreng kerupuk. Lalu usai dikemas, saya pasarkan ke warung-warung di di sejumlah Pasar Kota Malang," ungkapnya.
Setelah usahanya terbilang cukup sukses, Baddrut Tamam mewariskan dagangan kerupuknya itu ke salah satu marketing warung di Kota Malang untuk tetap dilanjutkan.
Ia mengaku rela berjualan seperti itu sewaktu kuliah, karena spirit yang terbangun dalam dirinya, adalah spirit kemandirian, dan tidak ingin bergantung terhadap kiriman uang dari orang tuanya di kampung halaman.
"Sebagian uang yang dikirim oleh orang tua saya, saya buat modal untuk berwirausaha jualan kerupuk itu, dan sebagian lagi ada yang saya belikan buku," ucapnya.
Baddrut Tamam berharap, kisah hidupnya yang ia bagikan tersebut, dapat menjadi inspirasi bagi ribuan calon wira usaha muda di Kabupaten Pamekasan yang sedang berproses ingin menjadi pengusaha sukses.
Kata dia, kunci menjadi pengusaha sukses adalah harus berani gagal dan terus ingin mencoba.