SURYA.co.id | MALANG – Menjadi media independen merupakan cita-cita empat sekawan yang baru saling mengenal saat memulai semester awal perkuliahan di Jurusan Ilmu komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Mereka yaitu Muhammad Zulfikar Akbar (21) sebagai pimpinan redaksi di awal kepengurusan , Fany Puspita Rahayu (21) sebagai wakil pimpinan redaksi, Maharina Novia Zahro (21) sebagai kesekretariatan, R.M Rival Nurriski Utomo (21) sebagia humas.
Keinginan mereka untuk menjadi wartawan mahasiswa yang tidak berada di bawah komando universitas maupun lembaga lain, menjadikan mereka menggagas ide untuk membuat Media Mahasiswa (MM) September 2012.
Media yang mereka buat bergerak secara online melalui website Mediamahasiswa.com dan secara fisik dalam bentuk newsletter setiap dua minggu sekali.
“November 2012 kami baru melakukan rekrutmen untuk mahasiswa Ilmu komunikasi, da nada 16 anak yang mendaftar, baru tahun 2013 kami merekrut mahasiswa UMM dari berbagai jurusan. Sehingga pendaftar mencapai 56 mahasiswa” terang Zulfikar.
Saat mulai perekrutan itu, mereka mulai memperbaiki struktur organisasi dan membentuk berbagai biro. Pendaftar awalnya akan bergerak sebagai kontributor atau reporter MM di berbagai bidang peliputan, mulai pendidikan sampai pemerintahan.
Setelah itu mereka bisa bergabung dalam struktur kepengurusan di dalam biro dipimpin empat macam direktur.
Yaitu Direktur utama yang saat ini dijabat oleh Zulfikar, Direktur Pemberitaan dipegang oleh Ade C. Sutrisna yang juga mahasiswa UMM, Direktur Publishing dijabat Fany, Direktur Keuangan dan Administrasi dipegng Maharina dan Direktur External Communication and Human Resource (ExcommHR) dipegang Rival.
Karena mereka merupakan lembaga independen, akhirnya mereka kekurangan dana untuk memproduksi newsletter. Sehingga sejak April 2013 mereka hanya menjalankan online. Untuk menghidupi websitenya, MM juga membuka penerbitan untuk mahasiswa yang berminat untuk membuat buku. Juga disediakan laman untuk iklan di website. “Pendapatan kami hanya dari itu,” ungkapnya.
Pemberitaan yang mereka muat merupakan berita yang tidak memihak manapun, sehingga seringkali memberikan dampak negatif sejumlah orang di kampusnya.
“Susahnya ya itu kalau kami menulis banyak yang protes dan marah karena kami memuat hal yang dianggap bisa merugikan,” terang pria yang saat ini juga membantu pemberitaan di Humas UMM.
Tapi pemberitaannya tidak hanya berkisar kritik kebijakan atau keadaan perkuliahan. Berbagai prestasi yang diraih kampusnya juga tak luput dari tulisan di medianya. Untuk itu di website MM juga disediakan kolom pengaduan terhadap penulisan mereka sebagai bentuk hak jawab atau klarifikasi.
“Untk menjaga independensi, dari bidang redaksi sudah menyeleksi tulisan kontributor yang akan dipilih di bagian redaksi. Khususnya teman-teman yang bergerak di organisasi ekternal kampus, kami arahkan untuk bagian lain selain redaksi,” ungkapnya.
Gerakan peliputan mereka semakin luas dengan dibentuknya biro Universitas Brawijaya. Biro ini terbentuk hasil dari pameran Creator Festival awal tahun 2015. Hingga perekrutan 54 kontributor pada februari 2015.
“Awalnya kami hanya pameran, tapi banyak yang tanya dan berminat menjadi contributor. Setelah kami kumpul bersama akhirnya kami putuskkan untuk mengadakan rekrutmen,” jelasnya.
Saat ini di MM UB telah terbentuk pimpinan redaksi yang membawahi redaktur pelaksana, sekretaris dan bendahara. Hal ini sesuai dengan cita-cita MM untuk memiliki contributor dan biro di berbagai perturuan tinggi.
“Saat ini kami sudah mempunyai contributor dari Lampung, Kalimantan timur dan Aceh,” jelas Fany.
Fani yang merupakan penggagas ide terbentuknya MM mengaku tujuan utama dari MM yaitu memberitakan segala sesuatu sesuai dengan kenyataan bukan manipulasi berita.
“Kami sering diundang untuk berdiskusi terkait dengan media, terakhir ada tawaran untuk berdialog di Gresik,” terangnya.
Sampai saat ini mereka berkumpul dikisaran kafe dan kampus. Namun, mereka sedang mengusahakan untuk memiliki kontrakan sebagai tempat berkumpul.