Surya Online, SURABAYA - Drs Suyoto MSi tak puas daerahnya hanya dikenal sebagai produsen beras nomor enam terbesar di Indonesia. “Produksi beras Bojonegoro kini setara dengan impor beras Indonesia,” tegas pria yang akrab disapa Kang Yoto ini mengutip pernyataan Menteri Pertanian.
Dalam angan Kang Yoto, Bojonegoro di masa depan juga pemasok buah terbesar, tidak hanya di Indonesia, namun juga di kawasan Asia Tenggara. Sebagai langkah awal saat ini dia sudah menyebar 6.000 bibit jambu merah. Dan tahun 2014, Kang Yoto bakal menggelontor 250.000 bibit jambu merah di 28 kecamatan di Bojonegoro.
Ditambahkan Kang Yoto, dalam jangka waktu 1,5 tahun pohon jambu merah itu sudah bisa diperoleh buahnya. Selain jambu merah, lahan di kabupaten ini ditanami pula jambu kristal dan belimbing.
“Pertama untuk konsumsi sendiri dulu. Kalau sudah oversupply ya ditingkatkan untuk bisnis, kita jual ke luar Bojonegoro. Kita pasok semua daerah di Indonesia ini dengan buah dari Bojonegoro. Bahkan mimpi saya buah dari Bojonegoro bakan membanjiri Asia Tenggara,” beber Kang Yoto yang baru menyelesaikan bukunya berjudul The al-Fatihah Codes –Prinsip-Prinsip Revolusi Diri.
Untuk mewujudkan mimpi tersebut, pria kelahiran Bojonegoro tahun 1965 ini mencanangkan program optimalisasi lahan. “Sekarang tidak boleh ada lahan tidur. Jika ada warga membiarkan tanahnya nganggur pajak PBBnya akan dinaikkan!” tandas Bupati Bojonegoro dua periode 2008-2013 dan 2013-2018 ini.
Kang Yoto memastikan pemilik lahan tidur adalah orang kaya yang sengaja membiarkan tanah miliknya sebagai investasi. “Orang miskin nggak mungkin membiarkan tanahnya nganggur. Meski lahan tidur ini relatif kecil, sekitar 0,6 persen tapi tetap harus bisa dimanfaatkan. Jika tidak dipakai sebagai tempat tinggal harus digunakan untuk budi daya tanaman buah itu tadi,” ucap penyandang gelar S2 Ilmu Sosial dari Universitas Muhammadiyah Malang ini.
Dan untuk menampung buah dari warganya itu, dosen tetap di FAI Universitas Muhammadiyah Gresik itu bakal menyiapkan gudang-gudang penyimpanan. “Kami akan buat pusat agrobisnis di Bojonegoro,” tutur Kang Yoto.
Disinggung soal tembakau yang jadi ciri khas Bojonegoro, Kang Yoto menegaskan tetap akan mempertahankan tanaman yang sudah jadi milik rakyat itu. "Tapi, kami akan kendalikan agar petani tidak rugi. Di saat musim sedang tidak memungkinkan tentu kami minta petani istirahat dulu tanam tembakau," ungkapnya.
Bagaimana dengan kayu jati? Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik periode 2000-2005 ini memastikan tak akan mengembangkan tanaman yang sempat jadi idola Bojonegoro tersebut.
"Kayu jati cuma bikin rakyat Bojonegoro sengsara, untuk apa? Hanya mencari rencek untuk sesuap nasi sudah ditangkap dan masuk penjara. Lebih baik mencari makan dari hasil tanaman yang lainnya. Bisa tanam padi atau buah-buahan itu sudah cukup buat warga Bojonegoro makmur," begitu angannya.