SURYA Online, MALANG - Seluruh perwakilan perguruan tinggi dalam Kontes Robot Indonesia (KRI) 2014 mengaku kelabakan mengikuti kontes tersebut karena waktu yang diberikan panitia untuk merakit robot sangat singkat.
Sekedar diketahui, aturan KRI 2014 baru yang dikeluarkan Dikti Desember 2013, berikut pengumuman pertandingan tiap regional dimulai. Untuk Regional IV, Jawa Timur, seleksi KRI 2014 dimulai 1 Mei hingga 3 Mei 2014.
“Waktunya sangat singkat, apalagi kami harus mengirimkan desainnya lebih dulu sebelum merakit robot sesuai rancangan tadi,” keluh Zainal Buchori, Ketua Tim Zharaful Z’ 14 dari Universitas Muhammadiyah Malang.
Zainal mengatakan, waktu yang dimiliki timnya untuk merakit robot hanya tiga bulan. Sebelumnya, timnya disibukkan dengan merubah desain robot dome yang sebelumnya pernah meramaikan kontes serupa pada 2013. “Kaki-kakinya kami pendekkan tapi itu tidak mudah karena semua kakinya harus presisi supaya geraknya bertambah cepat,” ungkap Zainal.
Robot Dome tersebut meramaikan Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) kategori berkaki di Universitas Negeri Malang. Selama persiapan sebelum pertandingan atau saat pertandingan juga sempat terbebani dengan target mempertahankan peringkat kedua.
Alhasil, sistematika robot tak begitu maksimal saat kontes berlangsung. Tak heran, apabila robot yang dirakit oleh Zainal, Ahmad Wildan, Aulia Arif Wardhana sempat macet saat menjalani latihan pada hari pertama. Mereka segera merampungkan masalah tersebut segera sampai akhirnya robot berjalan sempurna. “Harapannya ya sesuai kemampuan robot saat itu,” kata M Irfan MT, Dosen Pembimbing Robot Dome.
Irfan mengatakan, kemampuan robot selama pertandingan sempurna namun tidak maksimal. Ia merasa robot tersebut harus mengalami perubahan dalam desain layout Printed Circuit Board (PCB) sebelum dipertandingkan. “Ini membuat tingkat kestabilan robot menjadi tidak seratus persen optimal,” kata Irfan.
Kendati begitu, Irfan patut berbangga hati karena Robot Dome bisa memberikan kemampuan terbaik selama pertandingan berlangsung, bahkan bisa merebut juara satu dan terpilih sebagai robot yang memiliki desain terbaik.
Prestasi ini melampaui target dan perolehan Robot KRPAI UMM di 2013 yang menjadi juara dua. Irfan menambahkan, robot yang mereka rakit saat ini tidak menggunakan bahan-bahan dari luar negeri tapi bahan-bahan seadanya yang banyak dijual di pasaran. “Prestasi ini betul-betul tak disangka,” kata Irfan.
Karena itu, Irfan sangat mengapresiasi kinerja tim Robot Dome, terlebih para mahasiswanya juga lebih banyak menghabiskan waktu di kampus untuk merampungkan robot. “Mereka juga harus pandai-pandai menyesuaikan diri dengan jadwal kuliah,” tambahnya.
UMM membawa pulang satu gelar juara lagi pada KRI 2014 Regional IV yang berlangsung di Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang (UM) akhir pekan lalu, yakni juara II kategori Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI).
Dua robot tersebut juga akan diikutsertakan pada KRI tingkat nasional di Jogjakarta, 18-22 Juni 2014. Mereka akan bertanding dengan delegasi Perguruan Tinggi (PT) yang terjaring melalui kontes serupa di empat regional berbeda. “Kami akan menutup kekurangan robot-robot kami pada ajang yang lebih tinggi lagi. Semoga hasilnya juga bisa juara kembali,” ungkap Irfan.