Wamen Dikti RI Sambangi AIPNEMA di Malang, Kesejahteraan Perawat Jadi Bahasan

Author : Humas | Jum'at, 13 Desember 2024 09:37 WIB | Tugu Malang - Tugu Malang

Wamen Dikbud Prof. Fauzan saat berpidato di hadapan para anggota AIPNEMA. Foto: Azmy

Tugumalang.id – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Wamen Dikti), Prof. Fauzan, turut hadir dalam Rapat Kerja Tahunan 2024 dari Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Muhammadiyah Aisyiyah (AIPNEMA) di Malang, Kamis (12/12/2024).

Dalam pertemuan itu juga membahas kesejahteraan tenaga kesehatan (nakes) atau perawat di Indonesia yang masih jauh dari kata layak.

Hal ini disampaikan Ketua AIPNEMA, Dr. Mundakir, M.Kep bahwa tidak bisa disangkal, gaji perawat di beberapa daerah di Indonesia hanya berkisar di angka Rp300-500 ribu setiap bulan. Ini menjadi ironi di tengah gembar-gembor bahwa Indonesia kekurangan nakes.

Faktanya, jumlah lulusan keperawatan ini justru dihadapkan dengan realita sulitnya mencari pekerjaan. Ia berharap Wamen Dikti memberi perhatian akan hal ini.

”Mungkin yang tidak beres itu pada distribusinya, barangkali pemerintah bisa membuat skema beasiswa, hibah dan paling penting adalah insentif yang layak,” jelasnya.

Insentif yang tidak layak ini membuat para lulusan ini tidak berani mengambil peluang kerja di luar daerah. Dengan begitu, permasalahan distribusi nakes di Indonesia ke depan tidak hanya terpusat di Jawa saja.

”Tapi banyak yang tidak mengambil peluang ini. Mereka lebih memilih kerja di kotanya sendiri, meski gajinya pas-pasan,” ujarnya.

Hanya saja, sebenarnya kata dia, lulusan masih punya peluang untuk mengambil kesempatan bekerja di luar negeri. Sebagai contoh, seperti di Timur Tengah hingga Jepang. Faktanya, kebutuhan nakes di luar negeri juga terbuka lebar.

Sebab itu, ke depan pihaknya akan menggenjot suatu program untuk mendorong peningkatan kualitas kemampuan mahasiswa keperawatan dalam berbahasa asing.

”Soal skill dan minat luar negeri terhadap perawat Indonesia sangat bagus, PR-nya nanti tinggal push di bahasa saja,” katanya.

UMM sendiri telah melakoni skema distribusi mengirim tenaga perawat ke luar negeri. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr. Yoyok Bekti Prasetyo mengatakan lulusan perawat dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang bekerja di luar negeri jumlahnya masih sekitar 500 orang.

“Kalau di angka 500 perawat yang kita hasilkan ke luar negeri seperti ke Timur Tengah, itu ada Uni Emirate Arab, Arab Saudi, terus yang Asia di Jepang, kalau yang ke Eropa itu ada yang di Jerman. Paling banyak di Filipina,” katanya.

Sementara, Wamen Dikti Prof Fauzan menuturkan bahwa tantangan besar harus dihadapi oleh perguruan tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) ke depannya. Sebab itu, ia menekankan kekhususan dalam pengelola keperawatan ini.

”Kalau tidak berinovasi, maka akan mati. Harus ada perubahan pada aspek fundamental atau mindset dalam mengembangkan perguruan tinggi,” kata Fauzan.

Fauzan menekankan mahasiswa perlu diberikan skill/kemampuan, batin dan kepekaan hingga mindset kolaborasi . Misalnya, bisa mendirikan klinik kesehatan bekerja sama dengan investor. Ini akan membawa kemudahan nasib bagi mahasiswa.

Ia menambahkan PTMA juga perlu memberikam kepastian masa studi S1 Keperawatan. Lebih dari itu, ujungnya adalah memberi jalan lebar bagi mereka untuk terserap ke dunia kerja.

“Itu bisa diciptakan. Setelah lulus pasti bekerja? Jawabannya? Harus pasti. Untuk memastikan itu maka berupaya. Pendidikan kesehatan termasuk keperawatan harus ada desain seperti itu. Termasuk prodi-prodi generik. Kuliah jangan lama. Kita bukan pesantren,” kata mantan Rektor UMM ini.

Sumber: https://tugumalang.id/wamen-dikti-ri-sambangi-aipnema-di-malang/
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared:

Kategori

Arsip Berita

Berita Terpopuler