VIVAnews – Suatu siang di pertengahan Juli 2014, jalan di lingkungan Kampus III Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) terlihat sibuk. Jalan di dalam kampus yang terletak di Jalan Tlogomas, Kota Malang, ini terlihat ramai. Sebagian orang berjalan kaki, sebagian lain bersepeda. Tak ada deru sepeda motor atau mobil. Tak ada asap rokok yang mengepul di udara. Bersih. Sejumlah angsa tak segan bersolek di kolam besar tepat di jantung kampus yang asri itu.
“Saya tidak suka rokok dan di sini rokok dilarang, sangat bagus. Apalagi ada fasilitas sepeda, lebih aman dan menyehatkan, tidak seperti sepeda motor yang berbahaya,” kata Shiho Koiwa, mahasiswa asal Universitas Nan Zan, Nagoya, Jepang, Sabtu, 12 Juli 2014 kepada VIVAnews.
Shiko adalah satu dari 204 mahasiswa asing yang ikut pertukaran pelajar di UMM. Sejak September 2013, Shiho pelajar di Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, yang terletak di Kampus III UMM.
Kebetulan, sejak November 2013 pula, kampus di bawah organisasi kemasyarakatan Muhammadiyah ini menggelar program green and clean. Tak boleh ada kendaraan bermotor berbahan bakar fosil di kampus utama perguruan ini. Kendaraan bermotor disediakan tiga kantong parkir. Untuk transportasi di dalam kampus, disediakan 300 sepeda.
Maret 2014, kampus yang berdiri sejak tahun 1964 itu membuat gebrakan baru lagi, melarang asap rokok di dalam lingkungan kampus. Ketentuan berdasarkan surat keputusan rektor ini berlaku untuk mahasiswa, dosen dan karyawan. Merokok dilarang di seluruh ruangan kantor, perpustakaan, ruang belajar, masjid, laboratorium, halaman serta tempat lain di lingkungan kampus. Sanksi untuk pelanggaran tidak berat, namun ternyata lumayan efektif.
Di lorong-lorong kampus, di halaman, mahasiswa-mahasiswa berkumpul tanpa terlihat ada asap rokok terkepul. Mereka duduk di bangku-bangku, menenteng komputer jinjing dan telepon pintar, mengakses Internet secara gratis.
“Wifi-nya bisa diakses di manapun selama 24 jam. Aksesnya sangat lancar,” kata Muhammad Zulfikar Akbar, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi. Udara Malang yang sejuk dan suasana kampus yang asri dan bebas polusi membuat mahasiswa asal Bontang Kalimantan Timur ini betah berlama-lama di kampus. Usai kuliah, dia duduk di pinggir kolam, memanfaatkan WiFi gratis untuk mengakses Internet.
“Saya sering rapat redaksi ataupun mencari inspirasi di kampus, karena tempatnya asri dan WiFi-nya juga lancar,” kata mahasiswa pendiri majalah internal kampus, Media Mahasiswa, itu.
Punya Pembangkit Listrik
Inspirasi dari kampus III UMM yang asri itu membawa Zulfikar menyabet trofi juara dua lomba menulis berita kategori feature tingkat nasional tahun 2013 yang berlangsung di Universitas Indonesia, Jakarta. Zulfikar mengakui tata kelola di kampus III UMM, menurutnya menarik. Pusat kegiatan belajar mahasiswa berbagai fakultas terpusat di Gedung Kuliah Bersama (GKB), gedung jangkung enam lantai yang terletak tepat di tengah kampus.
Setidaknya ada lebih dari enam fakultas di sana. Sementara beberapa gedung lain memiliki fungsi berbeda, seperti student centre, aula yang megah bernama dome UMM, perpustakaan ataupun gedung administrasi dan juga Islamic Centre. Penataan lokasi memudahkan kampus melengkapi fasilitas sesuai dengan pola pergerakan dan kegiatan mahasiswa.
“Paling enak kalau naik sepeda. Motor diparkir di atas, langsung ke tenda tempat sepeda dan bisa dipakai ke GKB. Kalau mau ke tempat lain tinggal ambil saja sepeda yang ada di parkir khusus sepeda dan tenda sepeda. Ini tidak bisa dibawa keluar karena seluruh pintu keluar telah dilengkapi pos keamanan,” katanya.
Kampus ini menerapkan energi ramah lingkungan dan tentu efisiensi energi. Ini bisa dilihat dari konsumsi listrik. Sebelum 2007, UMM masih harus merogoh kocek rata-rata Rp30 juta per bulan untuk membayar tagihan listrik per bulan. Dana itu untuk mencukupi kebutuhan listrik sekitar 31 ribu mahasiswa, jumlah terbesar di antara kampus Muhammadiyah lain di Indonesia.
Tapi setelah 2007, usai munculnya Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang berhasil dikembangkan di UMM, tenaga alternatif itu mampu menopang konsumsi listrik hingga lebih dari 20 persen.
Pembangkit itu memanfaatkan derasnya limpahan air Sungai Brantas yang dijatuhkan dari ketinggian 17 meter, untuk menggerakkan turbin cross flow sebagai tenaga pembangkit generator listrik dengan menghasilkan energi maksimal 100 Kw.
Aliran Sungai Brantas dipecah masuk ke aliran irigasi buatan sebelum masuk ke PLTMH. “Sampai saat ini PLTMH tetap beroperasi dan mampu menopang konsumsi listrik hingga 25 persen. Hanya ketika di atas banjir, kami matikan karena lumpur yang terbawa masuk bisa merusak turbin,” kata Rasmujiyanto, operator PLTMH Sengkaling di UMM, Jumat 11 Juli 2014.
Program PLTMH yang berasal dari bantuan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI itu, UMM mampu meraih penghargaan ASEAN Energy Awards dalam Kompetisi Manajemen Proyek Energi Terbarukan tingkat ASEAN, pada 2008.
PLTMH ini menjadi sumber inspirasi. Tak kurang sekitar 500 kunjungan studi banding dari berbagai instansi dalam dan luar negeri datang lantaran ingin memetik kesuksesan serupa hingga saat ini.
Tak hanya diterapkan internal saja, sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat, UMM menerapkan PLTMH di Sumbermaron Desa Karang Suko Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang, sekitar 30 kilometer ke arah Selatan kampus III UMM. Di desa itu, pada 2012 lalu, PLTMH rancangan UMM mulai beroperasi dengan output energi 45 Kw. Hasilnya bisa untuk memasok listrik sekitar 1.200 kepala keluarga seputar desa.
Tidak berhenti di sini, sebagai kampus berjuluk mandiri energi, UMM telah menyiapkan PLTMH unit dua yang dijadwalkan siap berfungsi di akhir tahun 2014.
Nama Harum Berbuah Manis
Pengakuan nasional atas prestasi dan pengabdian nyata UMM berbuah manis. Berbagai kemitraan dari dalam negeri dan luar negeri berebut masuk di UMM. Salah satu yang menonjol adalah masuknya relawan Peace Corps, dari Amerika Serikat, ke Indonesia lewat UMM sejak tahun 2009.
“UMM jadi satu-satunya host pre service training (PST) yang digandeng Amerika untuk program ini. Ada pula beasiswa Erasmus Mundus yang banyak dimanfaatkan mahasiswa, staf dan pengajar UMM dan dari Eropa untuk bertukar pengalaman,” kata Subhan Setowara, Humas UMM, ditemui Jumat 11 Juli 2014.
Peace Corps rutin menurunkan relawan dari benua Amerika ke Indonesia dengan misi utama meningkatkan hubungan bilateral dengan melebur perbedaan dengan bertukar budaya. Ratusan mahasiswa asal benua Amerika datang untuk mengajar di berbagai sekolah di pelosok Indonesia lewat UMM. “Kami yang membekali mereka dengan berbagai pengetahuan budaya dan bahasa Indonesia sebelum turun mengajar,” kata Subhan.
Rektor UMM, Muhadjir Effendy, tak kalah bangga, sebab UMM beberapa kali menerima trofi Anugerah Kampus Unggulan (AKU) dari Kopertis VII Jawa Timur. Terakhir kampus itu menerima nya pada 23 Juni 2014 lalu. Penghargaan untuk kampus unggulan di Jatim itu diraih UMM secara berturut-turut, sejak program itu pertama digulirkan pada 2007 silam.
“Yang meraih juara tiga kali berturut-turut mendapatkan AKU “Kartika”, maka tahun ini adalah AKU Kartika ke dua kami. Ada kategori universitas, institut, sekolah tinggi dan akademi. Berdasarkan skor UMM tertinggi untuk semua kategori,” kata Muhadjir Effendy.
Hingga saat ini, ketika Kopertis menjatuhkan skor UMM paling tinggi dalam tiga aspek, yaitu tata kelola, penelitian dan pengabdian masyarakat serta pembinaan kemahasiswaan.
“Penilaian dimonitor selama satu tahun penuh kemudian ada masa verifikasi sekitar dua bulan,” kata Muhajir, yang juga Ketua Umum Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Swasta-Perguruan Tinggi Islam Swasta (BKS-PTIS) se-Indonesia ini.
Prestasi itu menyusul perolehan akreditasi A (sangat baik) dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), akreditasi yang tak banyak dimiliki kampus swasta bahkan kampus negeri di Indonesia. Untuk 2013, hanya lima perguruan tinggi swasta di Indonesia yang menggondol akreditasi A.
Prestasi ini dirintis sejak tahun 1991, ketika Abdul Malik Fadjar, rektor saat itu, meresmikan Kampus III UMM di tahun 1991. Kampus yang kini menjadi pusat seluruh kegiatan mahasiswa, menggantikan kampus II di Jalan Bendungan Sutami sebagai pusat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, serta kampus cikal bakal UMM, yaitu kampus I di Jalan Bandung yang kini menjadi gedung Pasca Sarjana UMM.
Total, UMM kini mengelola 10 fakultas, 1 Program Pascasarjana dan 2 Program Doktor. Fakultas tersebut adalah Fakultas Agama Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Fakultas Pertanian dan Peternakan, Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan Fakultas Psikologi. Program doktoral yang ditawarkan adalah doktor ilmu sosial dan doktor pendidikan agama Islam.
Meskipun begitu, di usia yang ke 50 tahun, UMM bukan pula tanpa kontroversi. Walaupun tercatat sebagai kampus Muhammadiyah dengan jumlah mahasiswa terbanyak se-Indonesia, kampus ini sempat banyak dikecam, bahkan dari internal Muhammadiyah, karena aturan yang longgar dalam berjilbab, bagi mahasiswa putri. Soal aturan yang tetap dipertahankan di tiga kampus Muhammadiyah di Malang ini, Muhadjir punya prinsip berbeda.
“Semuanya berdasar visi-misi organisasi Muhammadiyah, dengan fungsi dakwah mengajak ke arah kebaikan. Dakwah harus dilakukan dengan bijaksana, atau bil hikmah, tanpa paksaan. Saya lebih suka mahasiswa yang masuk awalnya tidak berjilbab tapi pada saat keluar mereka mengenakan jilbab bukan karena terpaksa tapi karena manfaat dan kesadaran mereka,” katanya.
Peringkat Universitas
Di antara universitas swasta di Indonesia, terlebih universitas berbasis Islam, nama UMM cukup populer. Dari beberapa kategori pemeringkatan universitas yang diakui secara internasional, yaitu Webometric dan 4icu.org, UMM masuk dalam 10 besar universitas swasta terbaik.
Webometric merupakan salah satu perangkat atau sistem untuk mengukur atau memberikan penilaian terhadap kemajuan seluruh universitas atau perguruan tinggi terbaik di dunia (World Class University). Peringkat Webometric pertama kali diluncurkan pada tahun 2004 oleh Laboratorium Cybermetric milik The Consejo Superior de Investigaciones Cientificas (CSIC). CSIC merupakan lembaga penelitian terbesar di Spanyol.
Secara periodik peringkat Webometric akan diterbitkan setiap 6 bulan sekali pada bulan Januari dan Juli. Webometric melakukan pemeringkatan terhadap lebih dari 20 ribu perguruan tinggi di seluruh dunia.
Kriteria yang digunakan Webometrics yaitu presense, impact, openess dan excellence. Dari kategori Webometrics itu, UMM meraih ranking urutan 7 universitas swasta terbaik. UMM meraih 624 untuk kategori presence, 2304 (kategori impact), 168 (kategori Openness) dan 5155 (kategori Excellence).
Sedangkan 4ICU merupakan suatu search engine dan direktori yang melakukan penilaian berdasarkan kepopuleran situs yang dimiliki oleh 11.307 perguruan tinggi di seluruh dunia yang telah terakreditasi di seluruh dunia. Dalam melakukan penilaian, ada kebijakan khusus yang dijalankan oleh 4ICU.
Mengingat yang dinilai adalah kepopuleran alamat situs resmi perguruan tinggi, maka 4ICU tidak memberitahukan cara penilaian yang dilakukannya, hal ini guna menghindari kecurangan yang dilakukan webmaster perguruan tinggi dalam meningkatkan peringkat perguruan tinggi masing-masing.
Pemeringkatan 4icu.org, didasarkan pada algoritme 5 metrik dari Google Page Rank, Alexa Traffic Rank, Majestic SEO Refereting Domian, Majestic SEO Citation Flow dan Majestic SEO Trust Flow. Dari kategori itu, UMM menduduki peringkat 7. [aba]