(LiveScience| CREDIT: Photo and sculpting by Tyler Keillor.)
|
Pegomastax sebelumnya diekskavasi dari kawasan berbatu merah dekat perbatasan Lesotho dan Afrika Selatan oleh para peneliti Harvard di tahun 1960-an. Sereno mengakses tentang hewan ini dari arsip Harvard. "Ini sangat mengagumkan," kata dia.
Meski taring tajam mengisyaratkan Pegomastax adalah predator, sebaliknya, paruhnya yang mirip beo mengarahkan dugaan bahawa mahluk purba itu makan biji-bijian dan kacang, atau memetik buah untuk disantap. Apalagi, ketika rahang ditutup, taring-taringnya saling berlawanan, tidak mencengkeram satu sama lain. Kurang bisa digunakan memotong atau mengerat seperti laiknya hewan karnivora.
"Gigi taring mungkin tak ada kaitannya dengan konsumsi daging," kata Sereno. "Mereka mungkin menggunakannya untuk melawan musuh dan membela diri, atau untuk mencari makan.
Sementara, gigi tinggi di belakang rahangnya, diduga berfungsi untuk memotong tumbuhan, dengan permukaan saling melewati satu sama lain saat rahang tertutup, seperti gunting. "Pegomastax dan kerabatnya mungkin adalah pemakan tumbuhan paling canggih di masanya," kata Sereno.
Pegomastax termasuk salah satu dari dua divisi utama dinosaurus, "burung-berpinggul" ornithischians. Sementara, anehnya, burung justru masuk dalam kelompok "kadal-berpinggul", sekelompok dengan pemakan daging Tyrannosaurus dan pemakan herbivora, Diplodocus.
Masa ketika Pegomastax hidup, superkontinen atau benua besar purba, Pangaea baru mulai terpecah menjadi daratan di utara dan selatan. Pegomastax diduga ada di dasar pohon silsilah ornithischians, dan bisa menjelaskan evolusi dari kelompok utama. (sj)
Sumber: LiveScience