"Untuk mengatasi masalah-masalah sosial, teknologi tidak hanya baik untuk dimiliki, namun juga diperlukan !" |
Ilustrasi: Pengantin tradisional India. (Thinkstock) |
"Untuk mengatasi masalah-masalah sosial, teknologi tidak hanya baik untuk dimiliki, namun juga diperlukan !"
Sebuah aplikasi baru dapat melacak anak perempuan di India dan Bangladesh yang terancam sindikat perdagangan manusia dan pernikahan anak. Walau bukan untuk menyelamatkan secara langsung, aplikasi ini dapat membantu mencegah terjadinya perdagangan dan perkawinan anak.
Girl Power, dikembangkan oleh Accenture Labs dan Child in Need Institute (CINI), ini telah membantu menyelamatkan lebih dari 200 anak perempuan dari eksploitasi. Fasilitator masyarakat dan guru diberikan tablet atau ponsel Android, yang dipasang aplikasi tersebut. Mereka bertugas mendaftar gadis-gadis muda di 20 desa.
Fasilitator mengetahui informasi tentang para gadis, mulai dari kesehatan, gizi, perlindungan dan pendidikan, serta menentukan apakah anak-anak adalah kandidat untuk mendapat layanan perlindungan. Menurut NDTVI, melalui teknologi berbasis awan, Girl Power mampu menganalisis data.
India memiliki jumlah tertinggi pengantin anak di dunia, menurut organisasi nirlaba Girls Not Brides. Diperkirakan 47 persen anak perempuan di India menikah sebelum ulang tahun ke-18 mereka.
Salah satunya adalah Nuri, gadis berusia 15 tahun. Ia diselamatkan dari pernikahan anak, berkat aplikasi ini.
Nuri hidup dengan adik, ibu dan pamannya di desa Sujagolpur. Seorang penasihat CINI sering mengunjungi keluarga dan menemukan jika musim panas lalu Nuri akan menikah dengan seorang pria dengan kondisi cacat psikologis.
Penasihat CINI turut campur tangan, dan menjelaskan efek buruk dari pernikahan anak, yang meliputi kerentanan lebih besar terhadap kekerasan, kemiskinan dan kematian karena melahirkan. Keluarga miskin itu awalnya bersikeras menikahkan Nuri, karena situasi keuangan mereka. Akhirnya, setelah ibu Nuri belajar lebih banyak tentang pengantin pria, dia setuju untuk menghentikan sementara dan menunggu putrinya sampai berusia 18 tahun untuk menikah.
Kelompok ini berharap dapat mencapai 7000 anak perempuan dari 100 desa, tetapi dibutuhkan lebih banyak sumber daya untuk sampai ke sana.