Indonesia Bersiap 'Menjual' Gerhana Matahari Total 2016

Author : Administrator | Rabu, 17 Desember 2014 10:38 WIB
Sumber: Kompas


Gerhana Matahari total sebagai bagian dari gerhana Matahari hibrid pada Minggu (3/11/2013), diabadikan dari wilayah Atlantik.

KOMPAS.com - Gerhana Matahari total bakal terjadi pada 9 Maret 2016. Walaupun masih 1,5 tahun lagi, Indonesia kini sudah bersiap-siap untuk "menjual" gerhana, menyulap fenomena tersebut menjadi uang dengan menggaet wisatawan ke Tanah Air.

Bagi Indonesia, gerhana Matahari total 2016 istimewa. Sejumlah wilayah di dalam negeri, seperti Bengkulu, Palangkaraya, Palu, dan Ternate, menjadi titik terbaik di dunia untuk mengamati gerhana tersebut.

"Bayangan akan bergerak dari barat ke timur, dari Samudra Hindia lalu masuk ke wilayah Sumatera, Bangka Belitung, Kalimantan, dan Sulawesi, lalu ke Pasifik," ungkap Mahasena Putra, dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB).

Mahasena menjelaskan, gerhana Matahari terjadi saat sang bintang Tata Surya, Bulan, dan Bumi terletak pada satu garis lurus. Bulan akan berada persis di muka Matahari membuat bintang berjarak 150 juta kilometer dari Bumi itu.

Akibat posisi tersebut, akan tercipta wilayah di Bumi yang benar-benar tak bisa melihat Matahari selama beberapa menit. Wilayah itu dikatakan masuk dalam bayangan inti (umbra). Di sana akan terjadi gerhana Matahari total.

Sementara itu, akan ada wilayah lain pula yang masih akan bisa melihat Matahari tetapi dalam bentuk yang tidak sempurna, cuil. Wilayah itu dinyatakan penumbra. Di sana bakal terjadi gerhana Matahari sebagian.

Mahasena mengungkapkan, secara teoretis, akan ada 13 fenomena gerhana yang terjadi tiap tahun. Namun, karena orbit Bumi, tidak semua gerhana itu bisa dilihat. Hanya dua yang berpotensi untuk diamati.

Untuk mengamati dua gerhana itu, tantangannya juga besar. Misalnya terkait lokasi. Wilayah di mana puncak gerhana terjadi berada di tengah lautan sehingga pengamatannya sulit dilakukan.

Kesulitan lain, gerhana kadang terjadi saat fajar atau senja. Ketinggian Matahari yang masih rendah membuat fenomena totalitas gerhana sulit dilihat. Terakhir, tantangannya adalah cuaca yang tak menentu.

Indonesia menjadi tempat istimewa untuk mengamati gerhana tahun 2016 karena, berdasarkan analisis Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), kota-kota Indonesia bisa melihat gerhana Matahari total ketika sang surya sudah berada pada ketinggian cukup.

Wilayah yang paling banyak dilirik untuk pengamatan gerhana 2016 adalah Palu. Data statistik sejak tahun 2007 menunjukkan, tutupan awan di wilayah palu lebih kecil dari Sumatera dan Kalimantan. "Mungkin karena itu Palu banyak diminati," kata Mahasena.

Di samping itu, Palu juga menjadi salah satu wilayah dengan durasi totalitas terlama di dunia, sepanjang 2 menit 50 detik. Wilayah lain adalah laut sebelah timur Palu yang bisa mengalami "menit tanpa Matahari" sepanjang 2 menit 53 detik.

Potensi Meraup Uang

Gerhana yang selalu menjadi magnet bagi publik maupun astronom berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sarana meraup devisa dari pariwisata. Di Indonesia, fenomena ini takkan terulang dalam 40 tahun ke depan.

Dalam Seminar Nasional "Discover Indonesia's Solar Eclipse 2016", Selasa (16/12/2014), Pacific Asia Travel Association (PATA), pemerintah daerah Palu, perwakilan hotel, serta perwakilan PT Pelni membahas sejumlah kemungkinan menguangkan fenomena gerhana itu.

Poernomo Siswoprasetijo, CEO PATA Indonesia Chapter, mengungkapkan kemungkinan untuk mengembangkan aktivitas wisata terkait gerhana. "Seperti, pemecahan rekor saat gerhana,jazz route to gerhana, kerja sama dengan travel agent," katanya.

PATA dan sejumlah pemangku kepentingan akan menggodo lagi paket dan aktivitas yang bisa dikembangkan. Menurut Poernomo, fenomena gerhana 2016 adalah ajang untuk memperkenalkan destinasi wisata di daerah. 

Andi Mulhanan, Wakil Wali Kota Palu, menganggap gerhana Matahari 2016 sebagai ajang untuk memperkenalkan destinasi wisata daerah. "Seperti Palu ini daerah yang unik sebenarnya, tetapi belum banyak travel agent yang menjual," ungkapnya.

Menurut Andi, sejumlah paket wisata sebelum dan sesudah gerhana bisa dikembangkan oleh para agen perjalanan. "Banyak sekali obyek wisata yang bisa dikaitkan dengan gerhana," ujarnya.

Ia mencontohnya, paket wisata ke situs megalitikum di Lore Lindu dan menyelam di Teluk Tomini bisa digarap. "Di Teluk Tomini, ada karang-karang berbentuk terompet. Kalau di Raja Ampoat kita hanya bisa melihat, di sini kita bisa masuk," jelasnya.

Bambang Nugraha, Sekretaris Dinas Pariwisata Palu, mengungkapkan, Palu saat ini akan siap-siap untuk menyambut gerhana 2016. Pihaknya akan bekerja sama dengan hotel untuk meningkatkan pelayanan.

"Sudah ada lima hotel besar yang siap menampung. Kita juga akan ajak hotel kelas melati untuk meningkatkan layanannya. Minimal kamar nyaman, aman, dan ada koneksi internet," ungkapnya. 

Saat ini, pada tanggal terjadinya gerhana, sejumlah hotel telah dipesan. Wisatawan dari Jepang telah memesan 55 kamar, Amerika Serikat 260 kamar, dan Inggris 75 - 100 kamar.

Untuk tempat pengamatan gerhana, terdapat wilayah Bumbasa dan sepanjang teluk Kota Palu yang bisa dimanfaatkan. Bambang akan menyiapkan tempat itu agar bisa menampung wisatawan dalam jumlah lebih besar.

Mahasena mengungkapkan, potensi wisata gerhana benar-benar perlu ditangkap. Saat ini, sudah ada beberapa agen perjalanan yang menggarap paket wisata gerhana Matahari total 2016. "Tapi belum ada yang berasal dari Indonesia," katanya.

Salah satu tur digelar dengan Holland America Line's Volendam bersama tim dari majalah Sky & Telecope. Tur dengan durasi waktu dari 1- 17 Maret 2016 itu dibanderol dengan harga antara 1.999 - 9.499 dollar AS.


http://sains.kompas.com
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: