Penyuntingan Gen (Ilustrasi)
KOMPAS.com - China kembali membuat kejutan dengan menjadi negara pertama yang akan mengujicoba menyunting gen manusia untuk menyembuhkan penyakit.
Diberitakan Nature, Rabu (21/7/2016), upaya penyuntingan itu akan dilakukan dengan teknologi Crispr-Cas 9, dipimpin oleh Lu You, pakar kanker dari Sichuan University di Chengdu.
Crispr-Cas 9 adalah perangkat molekuler maju yang memungkinkan ilmuwan mengidentifikasi gen sumber masalah untuk kemudian menghapusnya dari genom manusia.
Aplikasi Crispr-Cas 9 sangat luas, mulai dari mengatasi penyakit kanker, penyakit genetik atau turunan, hingga menciptakan tanaman tahan hama.
Teknologi ini - seperti haknya kloning dan rekayasa genetika - mengundang kontroversi karena juga berpotensi untuk disalahgunakan.
Di samping itu, akurasi dari penyuntingan yang dilakukan oleh Crispr-Cas 9 juga masih rendah. Potensi salah sunting masih besar sementara hasilnya bisa diturunkan ke generasi berikutnya.
China takkan memulai langkah penyuntingan langsung pada germ lines atau sel-sel dengan genom yang berpotensi untuk diturunkan kepada generasi selanjutnya.
You akan memulainya dengan mengatasi masalah kanker paru-paru. Sel yang akan dimodifikasi adalah sel T, bagian dari sistem kekebalan tubuh manusia.
Sel T yang diambil akan disunting di laboratorium. Hasil suntingan akan diperbanyak dan kemudiakn dimasukkan dalam tubuh penderita lewat darah.
Tujuan penyuntingan adalah menghambat ekspresi gen PD-1, membangkitkan kekebalan tubuh sehingga bisa menghancurkan sel kanker.
"Saya berharap kami (China) akan berhasil menjadi yang pertama (dalam melakukan percobaan penyuntingan genom manusia)," kata You. "Lebih penting, kami berharap mendapatkan hasil positif."
Meski ujicoba tersebut telah mendapatkan persetujuan etis dari panel rumah sakit dunia, sejumlah ahli mengungkapkan kekhawatirannya.
Timothy Chan dari Memorial Sloan Kettering Cancer Center di New York mengatakan, penyuntingan itu bisa meningkatkan respon autoimun yang kemudian memicu tubuh melawan sel-sel lain seperti kelenjar dan pencernaan.
"Semua pada sel T, semuanya akan aktif. Itu akan menjadi masalah," katanya. Tim You mengatakan, pihaknya akan lebih berhati-hati.
Tetsuya Ishii, pakar bioetika dari Hokkaido University di Jepang mengatakan bahwa China bertindak sangat cepat, malah kadang terlalu cepat.
Tahun lalu, China memulai penyuntingan gen pada embrio manusia yang kemudian menuai kontroversi di dunia. "Soal penyuntingan gen, China selalu jadi yang pertama," kata Ishii.