Oleh: Okta (Oka) Pringga P.
Dalam beberapa abad terakhir, kehidupan manusia tidak bisa lepas dari pengunaan bahan kimia. Seperti, pengunaan untuk rumah tangga (sabun, diterjen, sampho), budidaya pertanian (pupuk, pestisida), industri (tambang, pabrik) dan rumah sakit. Secara khusus, limbah kimia pada sektor budidaya pertanian dan rumah tangga minim pengelolah sebelum di buang pada drainnase (selokan atau parit). Secara langsung tindakan ini mencemari air sehingga ada perubahan warna, bau dan campuran minyak. Sebagian masyarakat berpendapat air yang tercemar akan kembali normal ketika hujan turun melaui prosess evaporasi (penguapan ke udara). Faktanya, kandungan kimia pada air yang tercemar tidak akan terurai dengan mudah. Dibutuhkan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau Waste Water Treatment Plant (WWTP) untuk mebersihkan pencemaran air secara visual dan bahan berbaha kimia namun belum pada konten air (kandungan).
Di benua Eropa dan Amerika utara (USA dan Canada) tantangan pencemaran pada konten air disebut mikropollutant (pencemaran partikel kecil). Christian Stamm et al (2016) pada journal berjudul “Unravelling the Impacts of Micropollutants in Aquatic Ecosystems” mengambil kasus di sungai Swiss selama 2013 – 2015. Menemukan bukti bahwa mikropollutan menyebabkan kerusakan biologis sangat kuat pada ikan Rainbow Darter yaitu intersex (penyimpangan sex). Selain itu, studi ini menunjukan IPAL belum dirancang khusus untuk menghilangkan mikropolutan. Dengan demikian, banyak dari micropollutants ini mampu melewati proses pengolahan air limbah termasuk masih lemahnya pencegahan dan pemantauan. Penyebaran mikropullutants juga telah diidentifikasi pada sumber air pada permukaan air (surface water) (Kasprzyk-Hordern et al., 2009), air tanah (groundwater ) (Lapworth et al., 2012), dan air untuk minum (drinking water) (Vulliet et al., 2011).
Gambar. Persentasi komponen mikropollutant pada sungai di Swiss
Sumber: Stamm et al., 2014
Di lain sisi, partikel plasik (micro-plastic) akan terbentuk melalui proses degradasi saat berada di IPAL ini adalah kontaminasi kasat mata pada air. Selain itu, plastik ada juga yang berukuran millimeter seperti manik-manik dan serat pakaian yang melewati IPAL. Secara umum setelah mencapai air permukaan, plastik berukuran millimeter akan diangkat jaring. Ze-hua Liu et al (2009) mendiskusikan bahwa partikel plastik pada air dapat dikategorikan Endocrine Disrupting Chemicals (EDCs) penguraian senyawa fisik, kimia dan biologi sangat sulit. Ini sangat berbahaya khususnya pada wanita hamil atau ibu sedang menyusui. Senyawa ini dapat berpindah kepada janin atau bayi melalui ASI yang akan merusak sistem kekebalan tubuh bayi terhadap penyakit tidak menular.
Selanjutnya, pengendalian dan penghilangan mikropolutant membutuhkan teknologi keterbaharuan dengan mempertimbangkan sifat phsyico-kimia dari micropollutants dan kondisi perawatan IPAL. Kemudian, monitoring permukaan air sangat penting untuk meganalisis secara dini dampak mikropollutant yang akan ditimbulkan. Untuk itu diperlukan kesadaran masyarakat agar pembuangan limbah pada drainnase tidak sembarangan.
Profil Penulis :
Okta (Oka) Pringga P (Junior Lecturer Food Science and Technology)
Sumber
1. Christian Stamm, K.Räsänen, F.J.Burdon, F.Altermatt, J.Jokela, A.Joss, M.Ackermann and R.I.L.Eggen. (2016). Unravelling the Impacts of Micropollutants in Aquatic Ecosystems: Interdisciplinary Studies at the Interface of Large-Scale Ecology. Advances in Ecological Research. Volume 55, Pages 183-223. Book series on Chapter Four. //doi.org/10.1016/bs.aecr.2016.07.002
2. Christian Stamm, Rik I. L. Eggen, Janet G. Hering, Juliane Hollender, Adriano Joss, and Michael Schärer. (2015). Micropollutant Removal from Wastewater: Facts and Decision-Making Despite Uncertainty. Environ. Sci. Technol, 49 (11) 6374–6375. Research article. 10.1021/acs.est.5b02242.
3. Kasprzyk-Hordern B, Dinsdale RM, and Guwy AJ. (2009). The removal of pharmaceuticals, personal care products, endocrine disruptors and illicit drugs during wastewater treatment and its impact on the quality of receiving waters. Water Research (42) 363 - 380. Research article. //doi.org/10.1016/j.watres.2008.10.047
4. Lapworth D, Baran N, Stuart M, and Ward R. (2012). Emerging organic contaminants in groundwater: A review of sources, fate, and occurrence. Environmental Pollution (163) 287-303. Review article. //doi.org/10.1016/j.envpol.2011.12.034
5. Vulliet E, Cren-Olivé C, and Grenier-Loustalot M-F. (2011). The occurrence of pharmaceuticals and hormones in drinking water treated from surface waters. Environmental Chemistry Letters (9) 103- 114. Research article. //doi.org/10.1007/s10311-009-0253-7
6. Ze-hua Liu, Yoshinori Kanjo, and Satoshi Mizutani. (2009). Removal mechanisms for endocrine disrupting compounds (EDCs) in wastewater treatment — physical means, biodegradation, and chemical advanced oxidation: A review. Science of the total environment (407) 731 – 748. Review article. //doi.org/10.1016/j.scitotenv.2008.08.039.