Gajah afrika dengan lanskap Taman Nasional Serengeti, Tanzania. (Thinkstockphoto) |
12 Agustus menjadi peringatan Hari Gajah Sedunia. Pada hari itu, seluruh dunia memperingati mengenai keberadaan satwa bergading ini. Diperkirakan hanya 500.000 gajah yang hidup di Afrika, tulis VOA Indonesia dalam situsnya.
Sejak tahun 1980, jumlah gajah terus menurun akibat perburuan besar-besaran. "Yang kami harapkan adalah meningkatkan kesadaran tentang keadaan buruk gajah di Afrika dan tingginya tingkat berkurangnya gajah secara fenomenal. Afrika kehilangan 35.000 gajah tahun lalu. Dan apabila kita tetap seperti ini, kita tidak akan melihat gajah lagi di alam bebas pada tahun 2025," ujar Beatrice Karanja dari Yayasan Satwa Liar Afrika.
Penurunan jumlah spesies gajah ini dikarenakan perburuan gading yang terus meningkat, terutama di Asia.
Gading ini biasanya digunakan sebagai obat tradisional, pipa rokok, dan hiasan dengan bernilai tinggi. Gading gajah yang dijadikan ornamen dan karya seni nilainya hampir menyaingi emas.
Pemanfaatan gajah tak hanya terbatas pada gading. Gajah juga dijadikan bahan atraksi. Mereka diperlakukan secara kejam untuk dijinakkan bagi kamp wisatawan di Thailand, tulis BBC.
Sebuah kajian merangkum, jaringan pengawasan alam sekitar 81 gajah hidup ditangkap secara gelap dari tahun 2011 hingga 2013 untuk dijual sebagai komoditas industri di Thailand.
Gajah pun diperlakukan sebagai binatang untuk menghibur wisatawan melalui atraksinya yang memukau. Sekarang ini, harga seekor gajah sehat sekitar uS$33.000 atau Rp393 juta.
Diharapkan dengan World Elephant Day kesadaran orang tentang eksistensi gajah semakin tinggi. Sehingga hewan berbelalai ini dapat terus hidup, lestari, dan dapat dilihat generasi selanjutnya.
(Elizabeth Novina, Dari berbagai sumber)