Abusalman Kulem saat berlatih tanding di stadion UMM. Foto: Rino Anugrawan. |
MENJADI bintang dalam pertandingan final Rector Cup 2016 cabang sepakbola menjadi kebanggaan tersendiri bagi mahasiswa UMM asal Thailand, Abusalman Kulem. Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional yang akrab dipanggil Abu ini mencetak gol penentu via tendangan bebas yang membuat tim Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) berhasil menang atas tim Fakultas Agama Islam (FAI) dengan skor 3-2.
Tak heran, Abu memang telah memiliki pengalaman bermain bola sejak SMA di Darul Maarif School Satun, Thailand Selatan. Di sekolahnya, ia menjadi kapten tim sekaligus spesialis penendang set piece, baik tendangan bebas, tendangan pojok maupun pinalti. Posisi favoritnya adalah second striker, sekalipun ia juga kadang bermain sebagai winger maupun playmaker.
Karena skill-nya memainkan si kulit bundar, Abu pernah tergabung dengan tim Satun United Junior pada 2011. Saat itu tim yang diikutinya menjadi juara di Nopokho Cup, kompetisi sepokbola junior di Thailand Selatan. Ia bahkan ikut bertanding saat timnya berhadapan dengan tim papan atas Thailand, Chonburi FC.
Di UMM, selain menjadi bagian penting dalam tim sepakbola FISIP, Abu juga beberapa kali dipanggil untuk memperkuat tim sepakbola UMM, atau UMM FC. Termasuk, saat UMM berlatih tanding dengan Arema pada Desember 2014. “Saya ini Aremania. Saya sebenarnya ingin jadi pemain Arema, tapi tidak tahu caranya,” tuturnya.
Namun, ia menyadari bahwa tugas utamanya di UMM adalah kuliah. Terlebih, Abu adalah salah satu penerima beasiswa belajar dari Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. “Sekitar 80 persen warga di daerah saya (Satun) beragama Islam. Jadi saya merasa beruntung bisa kuliah di sini, apalagi saya dapat beasiswa. Saya benar-benar berterima kasih pada UMM,” akunya.
Beasiswa yang didapat Abu bermula saat sejumlah pimpinan Southern Border Provinces Administrative Center (SBPAC) Thailand dan Konsulat Jenderal Indonesia di Songkhla Thailand mengunjungi sekolahnya, Darul Maarif School, pada 2012. SBPAC mewakili PP Muhammadiyah menyeleksi para siswa Muslim yang tertarik kuliah di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di Indonesia.
Abu lantas ikut seleksi dan lolos menjadi mahasiswa UMM angkatan 2013 sekalipun sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia dan Melayu. Karena itulah, sembari kuliah di HI, Abu juga belajar Bahasa Indonesia di unit Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Abu mengaku terharu dengan kepedulian teman-temannya di UMM yang sangat peduli membantunya beradaptasi.
Rencananya, selepas lulus dari UMM pada 2017 Abu berencana bekerja di bidang ekspor impor batik. “Tapi, sebelum bekerja saya ingin keliling Indonesia dan dunia terlabih dahulu. Itu juga akan mempermudah saya dalam berbisnis batik nantinya,” papar Abu. (nov/han)