Agribisnis UMM Cetak Petani Milenial

Author : Humas | Selasa, 21 Juni 2022 06:29 WIB
Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc dalam acara kuliah tamu Program Studi (Prodi) Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). (Foto: Istimewa)

Pengembangan sektor pertanian memerlukan peranan dari berbagai pihak, baik dari sektor pemerintah, swasta, maupun generasi millenial. Begitulah sepatah kata pembuka yang diucapkan oleh Ketua Umum Perhimpunan Ahli Penyuluhan Pembangunan Indonesia (PAPPI) Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc dalam acara kuliah tamu Program Studi (Prodi) Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Secara umum, kegiatan yang diselenggarakan pada Rabu (15/06) tersebut membahas tentang peran generasi millenial dalam mendukung penyuluh pertanian di era digitalisasi.

Lebih lanjut, Amanah sapaan akrabnya mengatakan bahwa milenial merupakan aktor utama dalam mendukung pertanian di era digital seperti ini. Namun saat ini banyak kaum muda yang beralih profesi ke bidang non-pertanian. Mereka enggan terjun dan memajukan sektor pertanian.

Selain anak-anak muda, perlu adanya kerja sama yang bagus juga dari berbagai pihak seperti pihak swasta maupun pemerintahan. “Keberadaan lahan juga menjadi poin penting dalam keberlangsungan sektor pertanian. Diupayakan agar lahan pertanian tidak beralih tangan atau fungsi untuk kedepannya,” ungkap mantan ketua Asia Pacifis Islands Rural Advisory Service (APIRAS) Network tersebut.

Untuk mencetak Sumber Daya Manusia di bidang pertanian yang berkualitas, Amanah menjelaskan bahwa penyuluhan memegang peranan penting. Penyuluhan ada sebagai gerakan pendidikan non formal yang diberikan kepada petani-petani di daerah. “Dengan adanya penyuluhan ini, hard skill maupun soft skill para petani akan meningkat. Dampak positif dari peningkatan tersebut adalah kualitas produksi yang membaik, pendapatan yang meningkat, serta kelestarian sumber daya alam (SDA) yang berkelanjutan,” ujar Amanah.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membangun kompetensi kepada para milenial dalam mendukung penyuluhan. Pertama adalah memberikan suasana pembelajaran yang kondusif kepada para millenial. Selanjutnya memberikan mindset baru kepada millenial tentang profesi seorang petani. Memberikan pemahaman mengenai komunikasi yang baik di ranah digital juga perlu diperhatikan.

“Para penyuluh juga harus memberikan literasi baru berupa data, kemampuan teknologi informasi dan komunikasi, literasi teknologi terkini, serta penguasaan dan pendekatan metode penyuluhan kepada milenial dan para petani,” kata Board Member of Global Forum for Rural Advisory Services (GFRAS) tersebut.

Senada dengan Amanah, Ketua Prodi Agribisnis Ary Bakhtiar, SP., M.Si mengatakan bahwa pada saat ini 70% petani yang ada di Indonesia terdiri dari para lansia. Sementara itu, generasi muda banyak yang beralih ke bidang profesi yang lain. Untuk itu, dalam rangka pemanfaatan bonus demografi di masa yang akan datang perlu upaya adanya peningkatan kualitas SDM di sektor pertanian.

“Oleh karenanya, penyuluhan menjadi kunci penting untuk mengubah persepsi para kaum muda. Penyuluhan juga dapat berdampak positif bagi petani lansia agar dapat meningkatkan kapasitas kemampuan dan pengetahuan agar dapat hidup dengan lebih baik,” tandasnya mengakhiri. (Syi/Wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image