Fattahu, Imam Rubangi, dan Sobaruddin Subekti berpose bersama Muhadjir Effendy ketika bertemu di Jepang. |
TAK hanya di dalam negeri, alumni UMM juga bisa berprestasi di luar negeri. Empat alumni D3 Keperawatan, misalnya, menjadi perawat yang disegani oleh perawat-perawat dari negara lain. Mereka adalah Micky Herera, Fattahu, Imam Rubangi, dan Sobaruddin Subekti yang bekerja sebagai perawat di Jepang. Micky bahkan sudah memperoleh pengakuan Registered Nurse (RN) di Negara Matahari Terbit itu.
Sekretaris Prodi D3 Keperawatan UMM, Nurlailatul Masruroh, MNS, menerangkan empat alumni itu merupakan sebagian dari cerita sukses alumni-alumni Fikes UMM. Selain mereka juga banyak yang sudah tersebar di berbagai negara lain. “Apalagi yang di dalam negeri, sudah sangat banyak dan cukup membanggakan,” tuturnya.
Pengalaman bekerja di luar negeri bagi mereka sungguh mengesankan. Selain dari sisi pendapatan yang memang tinggi, juga adaptasi budaya yang sangat baik diterapkan di Indonesia. Gaji pertama seorang perawat bisa mencapai Rp 19 Juta, sedangkan biaya hidup berkisar antara Rp 8 hingga 9 Juta saja. Micky yang bekerja di Rumah Sakit Osaka Tokyo malah digaji lebih dari Rp 35 juta karena sudah memperoleh RN.
Bersama ketiga temannya dari UMM, Sobaruddin melewati hidup di Tokyo dengan kesan tersendiri. Ia yang bekerja di Sangenjaya Hospital Tokyo merasa bekal ilmu dan pengalaman dari UMM sudah sangat cukup untuk bekerja secara profesional. “Pengetahuan dan pengalaman kita gak kalah kok sama perawat dari Filipina maupun dari Jepang sendiri,” katanya.
Tak hanya itu, Sobaruddin juga memperoleh pengalaman berharga bagaimana budaya kerja di Jepang yang sangat menghargai waktu. “Jangankan keluar dari tempat kerja, duduk-duduk dengan tidak melakukan apapun di kantor saja sudah merasa sangat bersalah. Di sana tidak ada staf yang bermain HP di waktu kerja,” ungkapnya.
Selain itu orang Jepang sangat gemar berterima kasih dan meminta maaf. Ia merasa malu dengan budaya tersebut karena dalam imajinasinya orang Indonesialah yang lebih ramah. “Ternyata orang Jepang lebih ramah lagi. Berkali-kali mengucapkan terima kasih jika dibantu, berkali-kali meminta maaf bila merasa bersalah. Saya kira itu sangat baik buat kita melayani tamu atau pasien,” tambah Sobaruddin.
Sobaruddin berpesan agar adik-adik kelasnya di UMM tetap semangat menuntut ilmu dan lebih percaya diri. Ilmu dari UMM sudah lebih dari cukup, yang diperlukan lagi adalah kemauan. “Kemampuan dan kemauan harus dipadu agar meraih sukses,” pesannya. Ia mengaku senang karena rombongan UMM, termasuk Ketua PP Muhammadiyah, Muhadjir Effendy, mau bertemu dengannya dan teman-temannya ketika berkunjung ke Jepang beberapa waktu lalu. (gas/nas)