Pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19 memberi berbagai tantangan bagi guru. Bagaimana tidak? Kondisi yang serba terbatas dan dibatasi ini tidak menyurutkan tuntutan akan profesionalitas guru dalam pembelajaran. Maka, guru harus terus bersemangat, terus berupaya menghadirkan pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
Hal itu dibedah dalam Webinar Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang (FKIP UMM) yang bertema “Menjadi Guru Kreatif dan Inovatif di Masa Pandemi”, Rabu (20/5). Webinar yang berlangsung selama 3 jam ini menghadirkan Dr.Sugiarti, M.Si. dan Nariyanto, M.Pd. sebagai pemateri.
Salah satu kreativitas dan inovasi yang dapat diterapkan guru adalah melalui penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan kompetensi siswa. Media pembelajaran ini, menurut Nariyanto, haruslah yang mudah didapat, aman, ekonomis, dan ramah lingkungan.
“Di sekitar kita ada berbagai hal yang bisa dimanfaatkan. Tidak perlu mengeluarkan biaya mahal. Di sekitar kita sudah tersedia. Jika kita sebagai guru bisa melihatnya, bisa memanfaatkannya, justru itu yang membanggakan,” ujar alumni Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia tersebut beberapa waktu lalu.
Baca juga: UMM Apresiasi Dosen dan Karyawan Berprestasi
Dalam kesempatan ini, Nariyanto kemudian menjelaskan ‘Media Corona’ sebagai media inovatif pembelajaran di masa pandemi ini. Media Corona adalah singkatan dari Corat-coret Romantika Bermakna. Penggunaan media ini hanya membutuhkan kertas dan alat tulis. Selanjutnya, ia menjelaskan empat langkah penerapan media Corona.
Caranya, guru menetapkan tema terlebih dahulu. Misalnya temanya binatang. Guru kemudian meminta siswa membuat coretan yang tidak beraturan di atas kertas yang sudah disediakan. Kemudian, guru menentukan sudut pandang sesuai tema. Kita bisa minta siswa untuk memutar kertas ke kiri atau membaliknya sehingga ada pengalaman baru, ada hal yang terduga yang kita hadirkan.
“Terakhir, guru meminta siswa menebalkan bagian yang terpakai serta menghilangkan yang tidak digunakan sesuai tema. Dengan begitu, insyaAllah anak-anak akan merasa senang dan lebih kreatif. InsyaAllah nggak ada lagi gambar dua gunung, sawah, dan jalan lagi,” terangnya pada 510 peserta webinar sambil mempraktikkannya di atas kertas.
Tak hanya Media Corona, guru yang sudah 9 kali memenangkan berbagai kompetisi guru inovatif sejak tahun 2014 ini mengajukan dua media lain yakni Media Tambang Berantai dan Media Sikamin. Media Tambang Berantai bertujuan untuk melatih komunikasi anak. Penerapannya adalah dengan meminta anak membuat kelompok kecil dengan sesama siswa yang rumahnya dekat untuk belajar bersama dan menyelesaikan tugas komunikasi bersama secara berantai. Tentu, pada praktiknya tetap dengan mengindahkan aturan social distancing.
Baca juga: Berkebun di Rumah, Langkah Mudah Tingkatkan Kemandirian Pangan
Adapun ‘Media Sikamin’ atau Aksi Media Beraksi di Kamar Bercermin bertujuan untuk bekerja sama dengan anggota keluarga. Penerapannya yakni dengan meminta siswa melaksanakan instruksi guru di depan cermin dengan divideo oleh anggota keluarga lain.
Sejalan dengan itu, pada kesempatan sebelumnya, Dr. Sugiarti, M.Si juga mengungkap bahwa pengajaran kreatif di rumah dapat dilakukan melalui tiga cara yakni menggunakan video pembelajaran, merekam kegiatan anak di rumah, dan membuat proyek di rumah.
Dari sini terlihat sekali bahwa pembelajaran yang dilaksanakan secara daring menuntut penggunaan teknologi dan peran serta orang tua. Meski demikian, guru tidak akan pernah tergantikan.
“Video pembelajaran, fitur-fitur pembelajaran daring itu memang merupakan teknologi. Kita dimudahkan oleh adanya teknologi. Namun, guru tidak akan tergantikan oleh teknologi. Mengapa? karena ada proses pembentukan kepribadian dalam pembelajaran. Teknologi tidak akan sampai pada ranah penanaman pendidikan karakter. Demikian juga orang tua. Ada keterbatasan-keterbatasan,” tambahnya.
Baca juga: UMM Sebar Inspirasi Dunia Kerja dari Para Expert BUMN
Lebih lanjut, problematika yang terjadi di lapangan adalah bahwa tidak semua teknologi yang canggih dengan berbagai macam fiturnya itu dapat dijangkau oleh siswa dan orang tua. Oleh sebab itu, dalam pandangan Dr. Sugiarti, guru dapat memanfaatkan media yang mudah dijangkau seperti WhatsApp.
“Kita memang dihadapkan pada persoalan sarana prasarana teknologi. Sejauh ini yang paling mudah WA, yasudah, kita pakai WA. Kita tidak harus pakai Zoom, tidak harus pakai Edmodo, atau fitur-fitur yang lain yang menyulitkan. Kita fokus saja pada penguasaan kompetensi anak,” terang Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia UMM ini.
Melalui kegiatan webinar ini, diharapkan guru-guru mendapatkan inspirasi pembelajaran inovatif di masa pandemi. Lebih dari itu, guru-guru mendapatkan energi baru dalam mengemban amanah profesinya. (*/can)