Prof. Dr. Ir. Elfi Anis Saati, MP. saat menyampaikan orasi ilmiah. (Foto: Humas UMM) |
UNIVERSITAS Muhammadiyah Malang (UMM) kembali mengukuhkan Guru Besar, Jumat (18/9). Kali ini, dosen Fakultas Pertanian-Peternakan (FPP) Prof. Dr. Ir. Elfi Anis Saati, MP. dikukuhkan sebagai guru besar bidang Teknologi Hasil Pertanian. Seperti pada pengukuhan guru besar sebelumnya, di tengah pandemi Covid-19, acara dilakukan di ruang terbuka agar sirkulasi udara lebih baik. Tepatnya di jembatan depan Gedung Kuliah Bersama (GKB) 1 Kampus III UMM.
Dalam orasi ilmiahnya, Elfi menyampaikan tajuk “Pemberdayaan Hasil Pertanian Lokal Potensial “Ber-Pigmen” dan Peran “Sadar Gizi” Keluarga Mendukung Ketahanan Pangan Halal Thoyyiban”. Dikatakannya, pentingnya ketahanan pangan dalam dalam ekonomi global dan nasional harus dipahami oleh berbagai kalangan, baik pemerintahan, organisasi internasional, pengelola sektor swasta, maupun lembaga kemasyarakatan. Hal ini dapat dimulai dari ketahanan pangan keluarga.
Salah satu yang berpengaruh terhadap kualitas pangan adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) seperti pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental. Penggunaan warna pada suatu produk pangan (makanan- minuman) misalnya, menjadi salah satu hal penting yang mempengaruhi kualitas produk.
Baca juga: UMM Dampingi Guru di Sulawesi Tengah Desain Pembelajaran Daring
Selain lebih menarik, pewarna makanan dapat meningkatkan selera dan penerimaan konsumen. Sayangnya, kebutuhan pewarna sintetis yang masih disuplai dari luar negeri/ impor ini, penggunaannya kerap menimbulkan kekhawatiran, baik dari sisi takaran maupun cara penggunaan.
Melihat hal tersebut, Elfi mengembangkan penelitian tentang sumberdaya hayati Indonesia yang tinggi kandungan zat gizi dan non-gizi yang menyehatkan. Mengusung semangat “Mari dukung produk unggul lokal”, karya ini juga sebagai bentuk perhatian terhadap kualitas pangan yang dikonsumsi masyarakat.
“Konsumen semakin sadar bahwa agar kehidupan yang dijalani senantiasa sehat, maka bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari juga harus bergizi dan sehat. Mereka yang menyadari hal tersebut, juga lebih selektif dalam menentukan jenis makanan yang akan dikonsumsi,” urai Kepala Laboratorium Sentral dan Halal Center UMM ini.
Mengapa bunga? Elfi mengaku penelitiannya diilhami dari Al Quran surat An-Nahl ayat 68-69 yang menyampaikan bahwa, minuman yang dikeluarkan dari perut lebah atau yang biasa kita sebut madu itu, berasal dari bermacam-macam warna yang akhir-akhir ini biasa kita sebut sebagai pigmen terbukti bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit.
Baca juga: Ihyaul Ulum, Guru Besar Baru UMM Temukan Model Pengukuran Kinerja Modal Intelektual
Salah satu bunga yang memiliki pigmen tersebut adalah mawar merah (Rosa sp.). Pengaruh senyawa Antosianin yang dikandung Isolat dan pigmen pekat/konsentrat pigmen bunga mawar merah, dapat mencegah dan memperlambat terjadinya oksidasi lipid, mencegah berlanjutnya oksidasi senyawa baik dalam produk (zat gizi, enzim yang mudah teroksidasi). Hasilnya, proses kematian sel dan penurunan fungsi metabolisme hati dapat dihindari.
“Upaya meningkatkan daya guna ekstrak pigmen antosianin dari mahkota bunga mawar sebagai pengawet alami, juga terus dilanjutkan terhadap sifat hambatnya di beberapa mikrobia pembusuk maupun patogen. Seperti baketri Escherichia coli, Salmonella typhmurium, Pseudomonas sp. Hasilnya konsentrat bunga mawar merah yang diujikan dengan bakteri uji Pseudomonas sp. mampu membunuh bakteri dengan sangat baik. Bahkan telah dibuktikan, hasil ekstraksi tersebut dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan mikroba pada ikan,” kata Elfi.
Konsep ini lanjutnya, menggambarkan sifat fungsional beragam pigmen (hayati lokal) tidak hanya sebagai zat pewarna, tetapi juga dapat difungsikan sebagai zat antioksidan alami. Karena itu, seyogyanya produksi bahan pewarna alami yang efektif untuk beberapa jenis pangan (makanan-minuman) dapat dijalankan.
“Harapannya, bumi pertiwi yang subur penuh sumber hayati ini, dapat menghasilkan pigmen berkualitas dari beberapa organ kekayaan hayati lokal, khususnya sebagai pengganti pewarna berbahaya Rhodamin B, Methanyl yellow dan Amaranth,” tandas Elfi.
Baca juga: Rancang Aplikasi Penguatan Karakter Berbasis Keluarga
Melengkapi hal tersebut, penulis buku “Perjalanan Menggapai CintaMu“ ini menyampaikan bahwa yang dibutuhkan masyarakat dan keluarga dalam mendukung ketahanan pangan adalah pemahaman dan transfer ilmu dan teknologi (IPTEK). Karenanya diperlukan edukasi dan sosialisasi multisektoral yang berkesinambungan, agar kemandirian pangan dengan dominan sumber potensi lokal dan ketahanan pangan tercukupi jumlah dan mutunya hingga perorangan dalam keluarga.
Kepala LLDikti Wilayah VII Jawa Timur Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA. saat memberi sambutan secara khusus mengapresiasi kepakaran Elfi. Disebutnya, penelitian Elfi teramat jarang ditemukan di Indonesia. “Sekalian saya sampaikan kepada Pemerintah untuk jangan lagi mendatangkan guru besar import. Iniloh di UMM, kualitas guru besarnya tidak kalah bagus. Saya cek, yang memiliki kepakaran seperti Elfi ini sedikit sekali. Karena yang diteliti fokus di produk lokal,” pungkasnya. (sil/can)