Apa Itu Urban Farming dan Manfaatnya? Begini Penjelasan Dosen UMM

Author : Humas | Senin, 19 Februari 2024 11:29 WIB
Ary Bakhtiar, SP.,M.Si (Foto : Istimewa).

Dalam beberapa dekade terakhir, pertanian perkotaan telah muncul sebagai solusi inovatif untuk tantangan yang dihadapi oleh komunitas perkotaan. Dengan ruang yang terbatas dan ketersediaan lahan yang sulit, urban farming telah membuka peluang baru bagi penduduk kota untuk memanfaatkan lahan sebagai kegiatan pertanian.

Ary Bakhtiar, SP.,M.Si, selaku dosen program studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyatakan, urban farming merupakan salah satu sumber penghasilan bagi masyarakat perkotaan. Bisa menjadi solusi yang cocok dengan menggunakan metode tanam sekam hidroponik dalam berbagai bentuknya. Urban farming juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat perkotaan. Hasil panen tidak hanya dapat dijual untuk mengurangi pengeluaran harian, tetapi juga dapat dikonsumsi sendiri.

Baca juga : Unik, Mahasiswa UMM Kembangkan Prototipe Alat Deteksi Kantuk

“Mayoritas tanaman yang ditanam adalah produk-produk pangan yang dibutuhkan sehari-hari, sehingga dapat menekan jumlah pengeluaran dengan mengalihkannya ke pos-pos pengeluaran lain,” tambah Ari. 

Menurutnya, urban farming memberikan berbagai manfaat, termasuk peningkatan kualitas udara dengan penyerapan karbondioksida dan produksi oksigen melalui fotosintesis. Praktek pertanian organik dan manajemen limbah juga membantu mengurangi polusi air dan tanah. Selain aspek lingkungan, pertanian perkotaan berperan dalam memperkuat komunitas dengan memfasilitasi interaksi berbagi pengetahuan dan membangun hubungan yang kuat. 

“Dampak positif dari urban farming melibatkan aspek minimisasi berbagai hal. Misalnya meningkatnya edukasi masyarakat, terutama anak-anak yang senang bercocok tanam. Selain itu, urban farming dapat berfungsi sebagai sarana rekreasi keluarga,” ucapnya.

Baca juga : Indonesia Kurangi Ketergantungan Dolar, Begini Penjelasan Dosen UMM

Urban farming menurut Ari, juga memiliki peran penting dalam mendukung ketahanan pangan keluarga. Melibatkan berbagai jenis tanaman dan ternak yang terintegrasi, seperti lele yang dapat diintegrasikan dengan bayam dan kangkung melalui budidaya dalam ember, urban farming dapat mendukung kebutuhan keluarga dalam berbagai aspek. 

Meski demikian, ada sejumlah tantangan saat melakukan kegiatan urban farming. Beberapa diantaranya yakni keterbatasan lahan yang dapat diatasi dengan teknik pertanian vertikal dan atap. Kualitas tanah yang terpengaruh oleh polutan dapat diatasi melalui penerapan pertanian organik dan manajemen limbah. Ketergantungan pada pasokan air teratasi dengan teknik penghematan air seperti irigasi tetes dan penangkapan air hujan.

“Yang lebih berat, tantangan utama dalam urban farming adalah konsistensi dalam niat, perencanaan, dan implementasi. Kegiatan ini memerlukan perawatan rutin, dan konsistensi dalam menjaga tanaman atau hewan menjadi tantangan. Terutama di tengah kesibukan masyarakat perkotaan,” jelasnya.

Penerapan teknologi, seperti hidroponik dan aeroponik, dapat meningkatkan efisiensi dan hasil produksi urban farming. Penggunaan teknologi menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran bahwa bercocok tanam tidak selalu memerlukan lahan yang luas. Ia berharap, masayarakat semakin sadar akan manfaatnya, karena urban farming menjadi salah satu upaya efektif untuk menekan biaya hidup dan mengembangkan perubahan positif dalam gaya hidup.

Terakhir, Ari mengatakan bahwa urban farming memiliki potensi besar untuk terus berkembang di masa depan. Dengan inisiatif dan dukungan yang tepat, kegiatan urban farming dapat berkontribusi pada pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, meningkatkan kualitas hidup penduduk, dan menciptakan lingkungan yang sehat serta menguatkan komunitas. “Melalui eksplorasi dan pengembangan praktik pertanian perkotaan yang inovatif, kita dapat mencapai visi perkotaan yang lebih hijau dan berkelanjutan,” pungkasnya.(bal/wil)
 

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image