SERI Kedua Bedah Disertasi digelar Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kali ini, PSIF menghadirkan doktor lulusan University of Malaya, Kuala Lumpur Dr Mohammad Nurhakim MA dengan disertasi berjudul “Revivalisme Islam di Indonesia: Penerapan Syariat Islam Menurut Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Salafi".
Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu (19/12) di Ruang Sidang Senat (RSS) UMM ini dihadiri lebih dari seratus peserta yang berasal dari berbagai kalangan, mulai dari akademisi, pegiat dakwah hingga pimpinan partai politik. Topik utama disertasi ini adalah terkait kebangkitan sejumlah kelompok Muslim, terutama PKS dan Salafi dalam menyuarakan formalisasi syariat Islam di Indonesia.
Nurhakim menyebut empat terma yang menjadi konsep kunci disertasinya, yaitu revivalisme, gerakan Islam transnasional, formalisasi syariat Islam dan demokrasi. Dengan merujuk pada pemikiran John L Esposito, revivalisme dalam konteks ini selanjutnya ditafsirkan sebagai kebangkitan kelompok, pemikiran dan kebudayaan Islam.
Persoalannya, bagi Nurhakim, kebangkitan tersebut selalu mengangkat isu formalisasi syariat Islam, dan pada gilirannya tak bisa dipisahkan dengan persoalan politik dan kepentingan. “Ini yang banyak menjadi objek kritik para cendekiawan, di mana Islam hanya menjadi komoditas untuk meraih kekuasaan,” kata dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UMM ini.
Namun, Nurhakim mengakui bahwa revivalisme adalah hal yang tak terhindarkan, terutama jika merujuk pada misi gerakan Islam transnasional. Gerakan tersebut, di antaranya merupakan respon terhadap ekses globalisasi.
“Terkait ekses tersebut, para pengamat menyebut banyak faktor, semisal kegagalan elit dalam mengurusi umat, terkungkungnya partisipasi publik, kesenjangan ekonomi serta erosi kebudayaan,” paparnya. Dalam konteks Indonesia, fenomena itu dicirikan dengan kegagalan rezim politik dan lebarnya kesenjangan sosial.
Bahkan, kata Nurhakim, konflik dan peperangan yang tak berkesudahan di negara-negara Muslim, khususnya Palestina, turut mempengaruhi kemunculan revivalisme kalangan Islam transnasional di Indonesia. “Apalagi, iklim politik sekarang ini kan mulai terbuka, jadi masuknya berbagai model gerakan ke Indonesia tak bisa dihindari,” ungkapnya.
Dalam tataran ideal, Nurhakim menilai kehadiran beragam pemikiran maupun gerakan di Indonesia merupakan hal yang sangat produktif. “Yang terpenting, kooperasi dan harmoni menjadi kata kunci di antara berbagai gerakan, pemikiran dan organisasi Islam di seluruh Indonesia demi membangun peradaban umat,” papar Asisten Rektor Bidang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan UMM ini.
Namun, faktanya, lanjut Nurhakim, berbagai kelompok itu terkadang saling menjegal secara politik, bahkan saling mengafirkan satu sama lain. “Inilah yang menjadi tugas besar umat Islam Indonesia, agar tren negatif tersebut tidak berlanjut dalam kehidupan keagamaan di era kontemporer ini,” tandasnya.
Bedah Disertasi ini merupakan agenda seri kedua. Sebelumnya, Bedah Disertasi edisi perdana menghadirkan Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri (BKLN) Dr Abdul Haris MA. Selanjutnya, menurut Direktur PSIF UMM Dr Pradana Boy MA(AS), PSIF akan terus menghadirkan sejumlah lulusan doktor untuk mendialogkan gagasannya dalam forum ini. (han)