Ilustrasi Belajar Matematika di Kurikulum Merdeka (Foto : Devi Humas) |
Beberapa waktu lalu viral sebuah video yang memperlihatkan seorang ayah tengah kesulitan mengajarkan matematika dengan konsep kurikulum merdeka kepada anaknya. Benarkah kemampuanmatematika anak saat ini menurun?
Melihat fenomena ini, Reni Dwi Susanti, M.Pd. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menjelaskan tentang konsep merdeka yang digunakan pada kurikulum di Indonesia saat ini. Dalam kurikulum matematika yang merdeka, siswa diberikan kebebasan untuk menemukan pola, merumuskan hipotesis, dan menyusun strategi penyelesaian masalah mereka sendiri. Dalam kurikulum merdeka, siswa menjadi subjek utama dalam pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pendamping dalam proses belajar siswa.
Baca juga : Viral Keracunan Makanan, Dosen UMM Sebut KLIK jadi Kunci
“Mereka diajarkan untuk berpikir kreatif dan logis serta melihat matematika sebagai sebuah proses eksplorasi dan eksperimen. Bukan hanya sebagai kumpulan rumus yang harus dihafalkan,” jelas Reni.
Tujuan pendekatan ini ialah untuk menghasilkan siswa dengan pemahaman matematika yang kuat dan mampu menerapkannya dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, siswa dapat menjadi individu yang mandiri serta kritis, baik dalam memecahkan masalah matematika maupun non-matematika.
Baca juga : 50 Inovasi Teknologi Dipamerkan di IEE UMM, Seberapa Canggih?
Karena perubahan ini, beberapa siswa mungkin kesulitan dalam beradaptasi dengan metode pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya. Sementara guru juga mungkin memiliki kendala dalam merancang dan melaksanakan kurikulum merdeka dengan baik.
“Kurangnya tenaga pengajar yang berkualitas dan berpengalaman juga menjadi masalah, sehingga dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap matematika,” ucapnya.
Orang tua pun mungkin merasa bingung, sebab mereka tidak tahu bagaimana mendukung anak-anaknya dalam belajar menggunakan metode baru ini. Seperti yang kita ketahui, tidak semua sekolah memberikan fasilitas lengkap dan tidak semua orang tua memiliki kemampuan lebih dalam memberikan fasilitas pendidikan untuk anaknya. Misalnya dalam hal teknologi.
Maka, agar konsep ini berjalan dengan baik dan efektif, Reni berharap guru dapat merubah mindset untuk menjadi lebih inovatif dalam pendekatan pembelajaran. Guru atau pengelola pendidikan juga diharapkan dapat merancang dan melaksanakan sistem evaluasi yang memadai untuk mengukur pencapaian siswa sesuai dengan kurikulum.
“Kurikulum merdeka ini kan lebih menekankan pada penilaian berbasis keterampilan dan proyek. Jadi ini mungkin akan menjadi tantangan bagi para guru atau pengelola pendidikan,” pungkasnya. (*dev/wil)