Mahasiswa Akuakultur membuat prototype dengan mengandalkan panel surya tanpa cadangan tenaga (Foto : Laili Humas). |
Mengajarkan critical thinking dan problem solving kepada mahasiswa berbasis temuan lapangan bukan perkara gampang. Untuk mendukung hal tersebut, Program Studi Akuakultur Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengajak mahasiswanya menggelar acara pameran bertajuk 'Aquafest Innovation Technology'. Acara ini diikuti dan diramaikan oleh ratusan mahasiswa pada 10 Juni lalu. Berbagai alat dan temuan dipamerkan dalam agenda ini.
Rindya Fery Indrawan, S.Pi., MP. selaku dosen Akuakultur UMM menjelaskan bahwa acara ini merupakan bagian dari Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Aplikasi Komputer dan Digital Perikanan. “Setelah melaksanakan mata kuliah tersebut, mahasiswa membuat prototype terkait teknologi atau aplikasi berbasis perikanan yang diinisiasi dari temuan mereka di lapangan,” ujarnya.
Baca juga : Mahasiswa UMM Kembangkan Bisnis Telur Puyuh Rendah Kolesterol
Dalam gelaran ini diikuti oleh berbagai kelompok yang masing-masing memamerkan hasil prototype-nya. Indra menyebut dua di antaranya berbasis aplikasi, yakni 'Terquality' dan 'Marine Market Place', sedangkan lainnya berbasis alat untuk mempermudah proses budidaya ikan. Inovasi tersebut meliputi Automatic Transmission Switch, Aquamaster Auto Top-up Water Tank, Automatic Food Feeder, Anco, hingga Gelembung Surya Aerator, dan lain sebagainya.
Salah satu prototype yang mengadopsi tenaga matahari adalah Gelembung Surya Aerator. Menurut Serli Viviani Patrisia selaku ketua kelompok, Inovasi ini bertujuan menyediakan solusi berkelanjutan bagi pembudidaya ikan dengan mengurangi ketergantungan pada listrik dan memastikan pasokan oksigen tetap terjaga bahkan saat malam hari.
Baca juga : Idul Adha di UMM: Spirit Sosial dan Manifestasi Ketakwaan
“Gelembung Surya Aerator ini meliputi tiga komponen utama yaitu aerator, panel surya, dan powerbank. Panel surya berfungsi menyerap panas matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik yang kemudian digunakan untuk mengoperasikan aerator. Energi yang dihasilkan mampu menciptakan gelembung oksigen untuk ikan,” paparnya.
Menariknya, alat ini dilengkapi dengan keberadaan powerbank yang berfungsi sebagai cadangan tenaga. Powerbank ini menyimpan energi yang dihasilkan oleh panel surya sehingga aerator dapat beroperasi selama 24 jam penuh, termasuk di malam hari atau saat cuaca mendung. Dengan demikian, pembudidaya ikan tidak perlu khawatir dengan pemadaman listrik yang tiba-tiba.
Lebih lanjut, inovasi ini diharapkan mampu memberikan solusi praktis bagi para pembudidaya ikan di Indonesia. “Umumnya, alat yang ada di pasaran hanya mengandalkan panel surya tanpa cadangan tenaga. Dengan adanya powerbank, Gelembung Surya Aerator tetap bisa digunakan meski tidak ada sinar matahari,” kata Serli.
Selain itu, alat ini juga memiliki potensi untuk menghemat penggunaan listrik dan mengantisipasi risiko listrik mati. Gelembung Surya Aerator dapat digunakan untuk berbagai keperluan budidaya ikan, mulai dari akuarium hingga ekspedisi pengiriman ikan. Sehingga, dapat mendukung keberlanjutan sektor perikanan di Indonesia.
Inovasi ini menunjukkan bahwa solusi berkelanjutan dan efisien bisa diciptakan dengan memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. “Harapannya, Gelembung Surya Aerator dapat menjadi model bagi inovasi-inovasi lain dalam bidang akuakultur dan teknologi ramah lingkungan di masa depan,” tutupnya. (lai/wil)