Muhammad Abdul Wahid |
SUARA merdu yang dimiliki Muhammad Abdul Wahid membuatnya memiliki segudang prestasi. Terakhir, mahasiswa Fakultas Hukum (FH) UMM ini baru saja menggondol medali perunggu untuk kategoriSyahril Quran pada Festival al-Quran Tingkat Nasional antar Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) 9-11 Agustus 2016.
Selain penghargaan tersebut, kejuaraan yang pernah diraih Wahid antara lain Juara 2 Lomba Qari Nasional tahun 2012, Juara 1 Lomba Qori Jawa Timur tahun 2014, Juara 2 Lomba Solo Religi Nasional tahun 2015 hingga Juara 1 Solo Pop Religi Jawa Timur tahun 2015.Sementara di bidang olah vokal, Wahid belum lama ini meraih predikat best vocalist pada Festival Band Jawa Pos Radar Malang2016.
Putra pasangan Akmad Khotib dan Sriamah memang sudah mulai menekuni dunia tarik suara semenjak berada di tingkat Sekolah Dasar (SD). Apalagi, anak bungsu dari tiga bersaudara ini terlahir dari keluarga yang terbilang Islami, sehingga baginya Qira’ah adalah hal yang tidak asing. Semenjak dulu, Wahid tidak pernah belajar lewat guru les. “Kalau di rumah,” kata Wahid, “Saya belajar qori dari bapak atau dari kaset-kaset qori yang ada. Kaset itu terus saya putar berulang-ulang kemudian saya coba dengan suara saya sendiri,” jelasnya.
Tidak hanya dunia qiroah yang didalami pria yang akrab disapa Wahid ini, namun dunia olah vokal juga dilakoni pria asal Sidoarjo dua puluh tahun silam. “Sejak SD saya sudah senang dengan dunia tarik suara. Dimulai dengan lomba yang dulu saya ikuti, yaitu lombashalawatan. Alhamdulillah mulai dari sana, saya pernah jadi juara satu tingkat kabupaten,” ujar mahasiswa semester 5 itu.
Wahid menceritakan bahwa prestasi gemilang yang di raihnya itu tidak selalu berjalan mulus. “Ketika saya SMA dulu, saya tidak diperbolehkan bapak untuk masuk ke band-band sekolah. Bahkan dulu bapak saya sempat mau mengusir saya karena saya masuk ke dunia band,” kenangnya.
Hal tersebut tidak kemudian membuatnya berputus asa. Wahid memutuskan untuk terus menekuni dunia tarik suara itu dengan komitmen penuh. Ia harus membawa piala atau minimal hadiah berupa uang pembinaan dari setiap perlombaan yang diikutinya. Impian itu pun terwujud, Wahid menuturkan bahwa setiap kali mengikuti perlombaan, dirinya keukeuh harus membawa salah satu gelar ke rumah. Hal ini menandakan bahwa dirinya tidak main-main menekuni bakatnya tersebut. “Semenjak sering menjuarai berbagai perlombaan, akhirnya bapak saya merestui saya untuk kedepannya,” kata Wahid.
Dari sekian daftar prestasi gemilangnya, Wahid akhirnya diberi kesempatan menambah koleksi prestasinya dengan dipercaya sebagai delegasi UMM dalam banyak lomba vokal ataupun qori. “Saya harus terus belajar dan berlatih. Karena diluar sana kompetitor saya juga belajar dan berlatih. Kalau tidak berlatih sekali saja, pasti langsung tertinggal jauh dengan pesaing lainnya,” tutur Wahid.
Selain keluarga yang mendukung segala akftifitasnya, Wahid juga merasa bahwa UMM memiliki andil yang besar menyokong prestasinya tersebut. “Kampus ini juga memberikan fasilitas yang sangat banyak bagi mahasiswa yang berprestasi, jadi mahasiswa terpacu untuk selalu terus berprestasi. Pembinaan yang diberikan oleh pihak universitas juga sangat maksimal karena ada pendampingan untuk mendalami bidang yang diingankan oleh setiap mahasiswanya,” aku Wahid.
Hal ini membuktikan bahwa pilihannya bergelut dalam dunia ini merupakan pilihan tepat. Tidak berhenti sampai disitu, dalam waktu dekat Wahid akan segera mengikuti lomba Solo Nasional. “Insyaallah bulan September nanti saya akan mengikuti pekan seni mahasiswa nasional kategori menyanyi solo sebagai perwakilan dari Jawa Timur di Sulawesi Tenggara. Mohon doanya,” imbuhnya bangga. (jal/can/rin/han)