Berinovasi Sejak 21 Tahun Lalu, Dosen UMM ini Raih Penghargaan Dosen Bergengsi
Author : Humas | Senin, 23 Agustus 2021 09:40 WIB
|
Elfi yang baru saja dianugerahi penghargaan dosen terpuji. (Foto: Rino Humas) |
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tidak hanya melahirkan mahasiswa-mahasiswa berperestasi saja. Namun juga para dosen yang kian hari mengharumkan nama Kampus Putih. Satu di antaranya adalah Prof. Dr. Ir. Elfi Anis Saati, MP. Melalui inovasi-inovasinya, ia berhasil mendapatkan berbagai prestasi bergengsi. Terbaru, Elfi sukses mendapatkan penghargaan sebagai Dosen Inovatif Terpuji yang diberikan oleh Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah VII. Adapun pemberian ini dilangsungkan pada Rabu (18/8) lalu.
Elfi, panggilan akrabnya memang dikenal sebagai dosen yang senantiasa berinovasi, utamanya dalam hal gizi dan teknologi pangan. Sebelumnya, ia seringkali dinobatkan sebagai penyaji terbaik, mendapat rentetan penghargaan seperti Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Award yang ia peroleh beberapa waktu lalu.
Ditanya ihwal penghargaan ini, Elfi mengaku tidak tahu jika ada penilaian dan penghargaan seperti ini. Namun ia tahu betul bahwa ada pantauan dan penilaian yang mencakup berbagai aspek tiap enam bulan. Mulai dari bagaimana ia mengajar, penelitian, publikasi, paten serta pengabdian. “Mungkin dari situlah akhirnya saya bisa dinobatkan sebagi salah satu dosen tangguh, utamanya dalam aspek inovasi terbaru,” tuturnya.
Hebatnya, perempuan yang menjadi koordinator Halal Centre UMM ini juga telah meneliti pigmen antosianin sejak 21 tahun yang lalu. Di samping itu, ia juga telah memiliki lebih dari 12 paten yang fokus pada pangan dan gizi. Beberapa di antaranya adalah pewarna alami dari bunga mawar, pewarna alami berbahan rumput laut, hingga sari minuman antioksidan dari bunga mawar.
Khusus yang terakhir, Elfi juga telah nerhasil mendapatkan merk, izin Produksi Industri Rumah Tangga (PIRT), serta sertifikasi halal. Ia bahkan sudah membangun rumah produksi dan memasarkannya ke berbagai daerah. “Tidak hanya berhenti pada penelitian, inovasi juga harus bisa memberikan manfaat ke berbagai pihak utamanya masyarakat,” tegasnya.
Terbaru, Elfi dan beberapa rekannya tengah mengembangkan beras analog balita. Inovasi ini berangkat dari fenomena stunting balita yang belakangan terjadi. Menurutnya, hal itu dapat terjadi karena kurangnya gizi yang terkandung, khususnya protein dan mineral.
Dosen yang juga menjadi tim ahli Lembaga Pemeriksa Halal Muhammadiyah ini juga sempat menyampaikan alasan kenapa ia terus berinovasi. Menurutnya, inovasi yang dibuat tidak lain untuk memberikan opsi solusi bagi permasalahan di tengah masyarakat. Di samping itu, berinovasi dan memanfaatkan alam dengan baik adalah tugas seorang khalifah. “Sebagai khalifah di Bumi, tentu kita harus berusaha menjadi manusia yang kreatif dan cerdas agar bisa menebar manfaat bagi sesama,” imbuh Elfi.
Terakhir, ia berharap penghargaan ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi dirinya sendiri. Namun bisa menjadi motivasi bagi generasi muda untuk semakin respek akan kekayaan alam dan teknologi yang dimiliki Indonesia. Sehingga masyarakat mampu mengoptimalkan potensi lokal dengan maksimal. “Mari bersama-sama membangkitkan masyarakat unggul. Tidak hanya dari pihak akademisi saja, tapi juga dari industri, pihak swastaswasta, serta pemerintah. Harapannya, Indonesia bisa semakin maju serta mampu menekan angka kemiskinan yang ada,” tutupnya. (wil)
Shared:
Komentar