Ikhlal Aldhi Wijaya. |
SUKSES harumkan nama Indonesia di kancah dunia dengan menjuarai kontes robot internasional di Amerika Serikat (AS) tak membuat Ikhlal Aldhi Wijaya melupakan prestasi akademik. Terbukti, mahasiswa program studi (prodi) Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang diwisuda besok, Sabtu (26/8), berhasil meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,60 sehingga dinobatkan sebagai lulusan terbaik di prodinya.
“Berkesempatan kuliah di UMM sangat menyenangkan. Kampus sangat memfasilitasi mahasiswa untuk berkarya, tak hanya bagi yang sudah berprestasi, tapi juga bagi mereka yang baru berproses mengikuti perlombaan. Selain itu, hubungan antara dosen dan mahasiswa terjalin keakraban, sehingga mahasiswa merasa nyaman dalam kegiatan akademis,” ujarnya.
Pengalaman paling berkesan Ikhlal selama mahasiswa adalah ketika di final Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest (TCFFHRC) 2017 di AS, ia bersama dua rekannya sesama mahasiswa Teknik Elektro UMM, Salis Muchtar Fadhilah dan Imam Fatoni, berhasil mengalahkan para finalis dari Kanada, Tiongkok, Israel, Portugal, Uni Emirat Arab, dan tuan rumah AS sehingga menjuarai kontes robot internasional tersebut. Berkat keberhasilannya, Ikhlal bersama Rektor UMM dan dua rekannya itu diundang oleh Presiden Joko Widodo pada Festival Prestasi Indonesia 2017 untuk menerima Apresiasi Ikon Prestasi Indonesia.
Kisah di balik rangkaian prestasi Ikhlal tak terjadi begitu saja. Cerita itu bermula di awal kuliah, ketika ia bergabung dengan Lembaga Semi Otonom (LSO) Robotika UMM. Ikhlal berkisah, robot pertama buatannya dulu hanya bisa berjalan sesuai lintasan yang ditentukan. “RobotLine Follower namanya, cuma bisa mengikuti garis lintasan saja,” kenang mahasiswa asal Balikpapan ini. Tak berhenti di situ, Ikhlal terus termotivasi, lantaran baginya membuat robot merupakan kegiatan yang menakjubkan. “Orang yang bisa buat robot itu keren!” serunya.
Proses menjadi juara dunia juga tak mudah dilalui. Ikhlal menuturkan, bersama dua temannya, mereka harus menyingkirkan banyak lawan dari universitas lain yang sangat berpengalaman di bidang robotika. Awalnya, setiap universitas mengajukan proposal tentang robot yang akan dibuat. Setelah proposal disetujui, setiap tim harus melaporkan perkembangannya. Tidak semua proposal yang disetujui lolos ke tingkat regional. Pada Kontes Robot Indonesia (KRI) tingkat regional tersebut, tim UMM berhasil masuk tiga besar dan berhak mewakili Jawa Timur dan Bali di tingkat nasional.
Setelah sukses di tingkat nasional, baru kemudian Ikhlal dan timnya dipercaya mewakili Indonesia bersaing dengan robot-robot dari seantero dunia. “Kesempatan menuju tingkat Internasional tidak kami sia-siakan, tepat setelah itu kami langsung bersiap melawan robot dari negara lain. Alhamdulillah, segala usaha kami berbuah manis dengan menjadi juara dunia,” tuturnya. (can/han)