Bersama Kampus Singapura, Mahasiswa UMM Bikin Enam Prototipe Produksi Tempe

Author : Humas | Rabu, 20 September 2023 07:00 WIB
Presentasi Salah Satu Prototipe Produksi Tempe (Foto : Wildan Humas)

Menggaet Singapore Polytechnic (SP), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali melaksanakan Learning Express (Lex), September ini. Ada 30 mahasiswa asal Singapura yang berkolaborasi dengan mahasiswa UMM untuk menciptakan protoripe. Ada enam alat yang dipamerkan di aula BAU Kampus Putih pada 20 September lalu.

Pada edisi ini, mereka berupaya membuat alat yang membantu sederet pengusaha tempe di Desa Beji, Kota Batu. Deputy Director SP Goh Say Sheng mengapresiasi segala kolaborasi yang sudah dilakukan bersama teman-teman UMM. Menurutnya, para mahasiswa SP tidak sekadar datang saja, tapi harus mampu mempelajari budaya Indonesia. Begitupun dengan proyek terkait tempe yang sudah ditekuni dalam beberapa hari.

“Semoga memberikan pengetahuan baru dan menajamkan daya kritis para peserta. Lex bukan hanya mengenai ide, tapi juga harus bisa dikembangkan menjadi alat yang bermanfaat bagi sesama,” katanya di hadapan mahasiswa SP dan UMM.

Baca Juga : Konsul-Jenderal Australia Akui Keberagaman dan Kerukunan di UMM

Sementara itu, salah satu pemilik usaha tempe Rizky Nurfikayati senang bisa berdiskusi dengan para mahasiswa Singapura maupun UMM. Ada banyak masalah yang pada akhirnya bisa diselesaikan oleh peserta Lex. Misalnya saja terkait air limbah pengasaman yang tidak baik untuk lingkungan. Limbah tersebut bisa diatasi dengan menggunakan abu pembakaran.

Fika, begitu ia kerap disapa, menilai para peserta Lex tidak sekadar membuat alat. Namun, mereka juga memberikan masukan bagaimana cara memproduksi tempe dengan cara yang lebih higienis. Begitupun dengan sistem memotong yang lebih cepat. Para peserta juga bermalam di dekat lokasi rpoduksi selama tiga hari dua malam.

“Saat menginap di daerah produksi, mereka juga aktif dan baik. Selalu bertanya banyak hal agar bisa memberikan masukan yang lebih baik. Semoga berbagai prototipe ini bisa benar-benar dijadikan alat dan membantu para produsen tempet. Khususnya di daerah Beji,” katanya.

Baca Juga : Siapkan SDM Hadapi Era Digital, FH UMM Adakan Short Course Bertaraf Internasional

Salah satu alat yang dibikin adalah penyaring asap hasil pembakaran. Nantinya asap akan masuk ke pipa yang didalamnya ada dua buah filter. Salah satunya filter  High Efficiency Particulate Air (HEPA) yang menyaring debu dan asap. Dengan begitu, harapannya asap yang sudah terfilter bisa lebih baik dan tidak membahayakan makhluk hidup lain.

“Selain itu juga bisa memberikan dampak positif bagi udara di sekitar. Termasuk saat asapnya mengnai atsmosfer. Semoga filter ini bisa membantu para produsen tempe di Beji dan tempat-tempat lainnya,” kata Mathew, salah satu mahasiswa dari SP. (Wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image