Guna menciptakan lingkungan keluarga harmonis dan mencegah kekerasan seksual yang kerap terjadi pada anak, Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (LP3A) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar talkshow bertajuk 'Rumah Aman Bagi Anak' di Aula Sidang Senat UMM, Rabu (16/02). Acara ini menghadirkan dua pemateri yakni Direktur Woman Crisis Center Dian Mutiara, Sri Wahyuningsih SH MPd dan pakar psikologi keluarga Dra Siti Suminarti Fasikhah MSi.
Rektor UMM, Drs Fauzan MPd dalam sambutannya mengatakan, merujuk pada salah satu ayat dalam al-Quran, ada tiga fokus utama dalam membangun 'rumah aman'. Pertama yaitu peran penting orang tua dalam membangun keluarga. "Jadi orang tua itu tidak hanya secara fisiknya saja, tapi bagaimana perannya di dalam keluarga," ujarnya.
Yang kedua, kata Fauzan, dinamika berpikir manusia secara tidak sadar telah merubah mindset yang mempengaruhi perhatiannya pada keluarga. "Saat ini orang lebih senang jika dikatakan sebagai orang yang sibuk, karena orang sibuk identik dengan orang kelas menengah ke atas," ungkapnya.
Terakhir, Fauzan memaknai rumah sebagai simbol suasana yang memungkinkan terbentuknya psikologi kepribadian anak. "Suasana batin yang mempengaruhi bagaimana anak berkomunikasi dengan orang tua menjadi sangat penting," tuturnya.
Menurut UU Nomor 23 tahun 2002 jo UU Nomor 35 tahun 2014 yang dimaksud rumah aman bagi anak adalah sarana, peasarana dan ketersediaan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan perlindungan anak yang wajib disediakan oleh negara, pemerintah dan pemerintah daerah.
Sementara itu, Sri Wahyuningsih memaparkan, rumah aman bisa menampung anak akibat korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perceraian dan kematian orang tua, orang tua yang tidak memiliki rumah sendiri, atau anak yang sedang menghadapi kasus hukum. "Ya intinya negara, pemerintah, baik pemerinta pusat maupun pemerintah daerah berkewajiban mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak," terangnya.
Ia menambahkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan suasana dan lingkungan keluarga yang baik. "Orang tua harus memperhatikan tumbuh kembang anak dari sisi kesehatan dan kesejahteraan jiwa raga secara optimal, bagaimana pendidikan anak, bagaimana kedekatan orang tua kakak, adik, serta sahabat, perhatikan kebutuhan rekreasi dan bermain."
Selanjutnya, Siti Suminarti Fasikhah memberikan materi mengenai 'Menciptakan lingkungan Keluarga yang Aman Sebagai Fondasi Dalam Membentuk Kekuatan Karakter'. Dosen Fakultas Psikologi UMM ini menjelaskan kekuatan karakter merupakan karakter baik yang mengarahkan individu pada pencapaian sifat-sifat positif yang dicerminkan melalui pikiran, perasaan dan tingkah laku.
Ia menambahkan, pembentukan karakter pada anak membutuhkan waktu yang panjang. Bimbingan yang terus menerus yang fondasinya adalah lingkungan aman dan keluarga. "Keluarga itu menciptakan lingkungan emosi yang aman dan keluarga khususnya orang tua adalah figur utama dalam memberikan rasa aman bagi anak," tuturnya.