Cerita Alumnus UMM Berpuasa di Hungaria

Author : Humas | Sabtu, 23 Maret 2024 05:50 WIB
Hasta jalani puasa di negri empat musim (Foto: Istimewa).

Tidak nikmat jika berpuasa tak ditemani dengan cuaca terik panas di siang hari. Apalagi, berburu takjil kala sore menjadi pilihan utama untuk menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman. Tapi berbeda dengan suasana bulan puasa di negara lain. Mulai dari perbedaan budaya, kebiasaan, hingga cara menjalankan ibadah suci di bulan Ramadan ini.

Sama seperti yang dirasakan oleh Hesti Miranda, alumnus Program Studi (Prodi) Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang tengah menjalani bulan Ramadan di Eropa Tengah yaitu Hungaria. Sebagai informasi, saat ini ia merupakan mahasiswa doktoral tingkat akhir di University of Debrecen, Hungaria dengan mengambil jurusan Educational Science. Hesti menyampaikan, bahwa perbedaan yang sangat kentara saat bulan Ramadan ini adalah dari sisi musim, waktu, makanan, ibadah. 

Baca juga : Ramadan Ceria UMM, Ajak Komunitas Difabel Sahur Bersama

“Kebetulan saat ini sedang musim semi, jadi puasa lebih nyaman dan tidak terlalu panas. Berkat musim ini pula, durasi puasanya juga tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Sayangnya, di sini tentu tentu tidak ada takjil sebagaimana di Indonesia. Jadi kalau ingin makan gorengan, mau tidak mau harus bikin sendiri,” katanya. 

Uniknya, dalam menjalani ibadah puasa faktor yang paling mendukung adalah cuaca. Jika di Indonesia musim yang paling cocok adalah musim panas, namun di Hungaria musim yang paling cocok adalah musim dingin dan musim semi. Karena pada saat itu suhu masih terbilang dingin, sehingga panas matahari tidak terlalu terik dan aktivitas menjadi lebih fleksibel.

Selain itu, perbedaan mencolok lainnya adalah tidak adanya penjual di pinggir jalan yang menjajakan takjil mereka. Maka dari itu, Hesti menyiasati jika ingin memakan takjil ia harus harus usaha lebih untuk membuat takjil sendiri.

Sementara untuk tempat ibadah, Hungaria memiliki masjid namun tidak menyelenggarakan ibadah tarawih. Sehingga, ketika akan melaksanakan tarawih, Hesti biasanya mengikuti sholat tarawih yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) atau dengan sholat di rumah salah satu teman Indonesianya. “Sebenarnya tak jauh beda dengan di Indonesia, namun disini hanya cuacanya saja yang mendukung kami para muslim untuk berpuasa,” tambahnya.

Baca juga : Cerita Seru Mahasiswa UMM Jadi Imam Masjid
 
Walaupun suhu udara saat di Hungaria saat ini kurang lebih 5 derajat celcius, namun Hesti merasakan kehangatan dari teman sekelasnya. Hal ini terjadi karena teman sekelas Hesti yang beragama non-muslim terkadang memberinya makanan asli Hungaria untuk berbuka puasa. 

Selain itu, hal menarik lainnya adalah tingginya toleransi yang ia rasakan, paling tidak di lingkungannya. Misalnya saat teman-temannya berusaha untuk tidak makan di depannya dan tidak lagi mengajaknya makan di siang hari karena tahu bahwa ia sedang berpuasa. (tri/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image