Lutfiana (tiga dari kanan) sedang merayakan Idul Fitri di negara arab (Foto: Istimewa) |
Beragam cerita unik dan menarik datang dari beberapa sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang berlebaran di luar negeri. Ada yang berkisah ramainya masjid Syeikh Zayed Uni Emirat Arab saat salat id, adapula yang berburu makanan nusantara di negara Paman Sam. Bahkan ada mahasiswa asing yang harus rela tidak salat id bersama keluarganya di Mesir seperti biasanya. Meski begitu, mereka tetap menikmati dan menganggapnya sebagai pengalaman yang tidak terlupakan.
Satu dari sederet sivitas akademika Kampus Putih itu adalah Bayu Darmala. Menurutnya, suasana Ramadan di Amerika Serikat cukup berbeda dibandingkan dengan yang ada di kampung halamannya. Di Amerika, kultur saling memaafkan, salam-salaman atau sungkeman tidak begitu terlihat.
“Setelah salat id, saya sama sekali tidak melihat orang saling bersalaman layaknya apa yang ada di Indonesia. Di rumah salah satu senior juga tidak terlihat ada yang melakukan prosesi sungkeman,” tuturnya.
Bayu mengatakan bahwa ia dan delapan teman lainnya melaksanakan salat idul fitri di Tucson Convention Centre. Adapun tempat itu biasanya digunakan untuk acara konser, pesta dan lainnya.
Baca juga : Waterboom Sengkaling UMM, Wisata Keluarga yang Nyaman dan Aman
Mereka juga tidak bisa mengunjungi konsulat jenderal terdekat karena jaraknya yang cukup jauh dari Arizona. Lokasinya yakni berada di di Los Angeles yang memakan waktu paling tidak sepuluh jam dari tempat tinggalnya, Arizona.
Bayu juga merasa beruntung karena ada salah satu ibu-ibu asal Indonesia yang mengundangnya datang ke rumah. Tidak hanya Bayu, tapi juga orang-orang Indonesia lain yang juga merayakan lebaran. Beragam makanan telah dihidangkan seperti sate, rendang, lontong hingga opor.
“Alhamdulillah banget bisa datang ke rumah Bu Fatimah. Biasanya kami memanggilnya bu lurah. Banyak makanan, banyak cerita pengalaman yang membuat suasana di sini jadi serasa di rumah,” ungkap staf Kampus Putih tersebut.
Terbang ke Uni Emirat Arab (UEA), ada Lutfiana Sausan yang juga sedang menimba ilmu dan pengetahuan. Meski ia dan teman-temannya berangkat menuju masjid sejak pukul 05.00 pagi, nyatanya gerbang masjid Sheikh Zayed sudah ditutup. Bahkan sudah dipenuhi oleh ratusan jamaah. Padahal salat idul fitri baru akan dimulai sekitar pukul 07.00 pagi.
Baca juga : Dosen UMM Tulis Buku Kenalkan Mediasi
“Jadinya kami harus rela untuk beribadah di luar pagar. Sedikit kecewa sih, tapi ini menjadi pengalaman luar negeri yang menarik bagi saya,” tuturnya.
Usai salat, Lutfi, begitu ia disapa, tidak berangkat menuju kedutaan. Kebetulan ia diundang untuk menyantap makanan khas lebaran di salah satu saudara temannya yang tidak jauh dari lokasi salat. Opor ayam dan lontong tentu menjadi target makanan yang langsung ia santap karena memang Lutfi jarang memakan makanan Indonesia yang kaya akan rempah.
Sayangnya, ia tidak sempat bercengkerama dengan mahasiswa asing muslim lainnya. Hal itu karena kebanyakan dari mereka lebih suka mengunjungi mall usai salat, sementara ia lebih memilih untuk mengunjungi saudara temannya. “Meski begitu, kami tetap saling bertukar pesan mengucapkan selamat idul fitri sebagai sesama saudara muslim,” terangnya.
Lutfi juga tidak lupa menghubungi keluarga yang ada di tanah air. Menariknya, ia tidak bisa menggunakan Whatsapp untuk melakukan video call. Ada aplikasi khusus bernama BOTIM yang harus digunakan. Dengan begitu ia baru bisa melihat wajah dan keadaan orang yang ditelepon.
“Saya tentu berdoa agar teman-teman yang bermimpi untuk menimba ilmu di negeri lain dapat terus menjaga asa. Keluh kesah pasti ada, tapi percayalah ada akhir yang cerah di ujung jalan nanti,” tegas Lutfi.
Bayu (dua dari kanan) bersama temam-teman sedang merayakan idul fitri di Amerika (Foto: Istimewa) |
Baca juga : Hadir di Halal Bihalal UMM, Menko PMK Minta Sivitas Akademika Tingkatkan Kepekaan Sosial
Adapula Ahda Mutiari Hifdhi yang menjalani program pertukaran pelajar di Thailand. Ia menilai bahwa salat idul fitri di sana tidak seramai dan sepagi di Indonesia. Banyak tempat kosong yang tersedia, salat id juga dimulai pukul delapan pagi. Berbeda dengan Indonesia yang biasanya dimulai pukul tujuh bahkan enam pagi.
“Saya salatnya di Central Mosque Songkla. Rasanya tidak seperti hari raya karena memang jarang sekali dengar takbir. Bahkan tidak kedengaran sama sekali. Tapi Alhamdulillah euforia idul fitri mulai terasa ketika sampai di halaman masjid,” jelasnya.
Adapun Ahda, sapaan akrabnya mendapatkan kesempatan belajar di Negeri Gajah Putih Thailand berkat beasiswa Indonesian International Student Mobility Awars (IISMA) dari pemerintah. Ia akan menimba ilmu di salah satu kampus luar negeri selama satu semester. Tepatnya di Songkla University Hat Yai Campus. Sebelumnya, sederet mahasiswa UMM juga telah berangkat ke beberapa negara. Ada yang terbang ke Inggris, Skotlandia, bahkan Italia.
Baca juga : Dosen UMM Jelaskan Strategi Internasionalisasi Bahasa Indonesia
Kembali ke Indonesia, ada Rania Hamdi Ramadan Elsayed, mahasiswa asing asal Mesir yang sibuk menyelesaikan pendidikan magister manajemen di Kampus Putih. Jika banyak orang menyukai opor ayam, maka tidak dengan Rania. Ia malah lebih suka bakso Malang yang sudah menjadi menu favorit semenjak ia menapakkan kaki di Malang.
“Kalau saya sedih, saya biasanya langsung mencari bakso Malang agar bisa kembali senang. Begitupun saat saya harus menjalani lebaran keempat saya jauh dari keluarga seperti sekarang ini,” ungkapnya.
Meski begitu, ia mengaku senang dan bahagia bisa berlebaran di Indonesia. Alasan utamanya yakni karena orang-orang Indonesia baik, ramah dan murah senyum. Bahkan beberapa tetangganya memberikan makanan untuk disantap usai melaksanakan salat id.
“Saya sangat bersyukur masih dikeliling teman-teman sesama muslim lain. Jadinya masih terasa ramai. Adapula beberapa teman mahasiswa asing lain yang berkumpul untuk makan bersama,” pungkas Rania. (wil)