Desain hazmet buatan RS UMM. (Foto: Nedi/Jakarta Post) |
Upaya menghentikan penyebaran Covid-19 tidak bisa dilakukan satu pihak. Butuh urun tangan seluruh elemen masyarakat. Termasuk kontribusi yang diharapkan dari perguruan tinggi, diantaranya Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam hal sumbangsih penyediaan inovasi teknologi.
Pemerintah pun mengapresiasi Kampus Putih. Misalnya baru-baru ini Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) telah mengkoordinasikan upaya pembuatan Alat Pelindung Diri (APD) bagi petugas medis yang menangani Covid-19. Yakni dengan mempertemukan suplier bahan baku dengan Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang (RS UMM) yang memproduksi baju APD.
Emil Elestianto Dardak Wakil Gubernur Jatim dalam sebuah kesempatan (28/3) mengatakan, Pemprov Jatim sangat hati-hati dalam upaya pengadaan APD untuk petugas medis ini. Karena harus sesuai standar keamanan bagi pemakainya.
“Kami juga secara sangat hati-hati, karena ini keperluan medis maka tidak bisa asal ada,” ujar Emil.
Pemprov Jatim, kata Emil juga telah meminta blue print baju pelindung diri Coverall dari RS UMM untuk diproduksi lebih banyak.
“Kami sudah kontak dengan RS UMM di sana sudah membuat APD menggunakan dua bahan Parasut Ripstop T190 atau Poly Propylene Spun Bonded. Pakaian ini sudah bisa memberikan pakaian kedap dari cairan,” kata Emil.
Bakorwil sekarang tengah berkoordinasi dengan UMM untuk memproduksi sesuai standar, karena setelah dijahit harus disemprot disinfektan.
Hingga berita ini dirilis, beberapa pihak juga tertarik untuk memproduksi masal. Misalnya penjajakan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Contoh dan blueprint desain APD RS UMM sudah diterima pihak Pemprov Jawa Tengah.
Sementara itu, dr Thontowi Djauhari Ketua Satgas Penanganan Covid-19 RS UMM membenarkan kalau Bakorwil Malang telah mengambil blue print desain APD Cover All itu. Thontowi optimis pemerintah Provinsi Jatim bisa menggerakkan UMKM untuk memproduksinya lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan tenaga medis.
“Saya percaya Tim Pemprov bisa menggerakkan UMKM untuk memproduksi,” katanya.
Menurut Thontowi, kebutuhan APD di RS UMM sudah mencukupi. Sementara sekarang tengah mempersiapkan diri untuk menghadapi apabila ada lonjakan pasien COVID-19 sebulan ke depan.
Dia juga menghitung kebutuhan APD untuk menangani COVID-19 paling tidak sekali menangani pasien ditaksir membutuhkan 18 Coverall. Hal itu sesuai perhitungan mulai dari UGD, Poli, ruangan dikali tiga sift.
“Maka dari itu, minimal Rumah Sakit itu sedia 1.000 Coverall. Karena perang kita dua bulan lagi. Untuk APD biasa minimal punya 4.000. Kalau pakai yang mahal semua bisa kolabs Rumah Sakit,” katanya.
Menurut Thontowi, pakaian Coverall yang diproduksi RS UMM di kisaran harga Rp 200 ribu per potong. Hal itu sudah sesuai standar keamanan medis. “Kalau tidak menangani pasien COVID-19 bisa pakai APD yang biasa Rp50 ribuan,” katanya.
Sebelumnya, UMM dengan melibatkan mahasiswa membuat alat Safety Chamber atau bilik keselamatan untuk menunjang kerja dokter agar tetap aman. Alat berbentuk kotak transparan ini digadang mampu meminimalisir penularan.
Cara penggunaannya, pasien tinggal masuk ke pelindung yang terbuat dari bahan mika ini untuk diketahui gejala yang dirasakan. Tenaga medis yang bertugas tentunya akan lebih aman karena dipisahkan ruang dari pasien.
Meski masih dalam tahap penyempurnaan, sambung Thontowi, ke depan alat ini akan dilengkapi dengan sejumlah fitur lain untuk lebih meminimalisir peluang penularan. Seperti penambahan alat bantu bernapas, sehingga pasien tetap merasa nyaman saat dilakukan pemeriksaan di dalam Safety Chamber. Serta, akan diminimalisir dari penggunaan lem agar terhindar kebocoran.
Dilanjutkan Thontowi, alat inovasi kesehatan prakarsa UMM di tengah pandemi global Covid-19 ini rencananya akan diproduksi masal untuk membantu rumah sakit rujukan pasien Covid-19 dan para tenaga kesehatan.
"Perawatannya mudah, tinggal dibersihkan dengan alkohol. Atau cukup menggunakan sabun deterjen. Karena deterjen lebih efektif membersihkan," ungkap Thontowi.
Terakhir Thontowi berharap, ada pihak yang bersedia membantu mengembangkan dan mendanai projek inovasi kesehatan ini.
"Ke depan, jika ada stakeholder yang berminat mendanai alat ini semoga bisa diproduksi secara masal. Tentu UMM melalui RSU UMM akan secara senang hati membuka pintu kerjasama agar inovasi ini juga bisa dipakai di banyak rumah sakit," tandasnya.
Tak sampai di situ, UMM juga punya produk unggulan lain yang berfungsi menaikan imun tubuh serta mencegah radikal bebas. Misalnya produk yang dibuat dosen Fakultas Pertanian dan Peternakan UMM, Prof. Dr. Elfi Anis Saati, yang tengah mengembangkan minuman sehat berantioksidan berbahan baku sari bunga mawar merah. (can)