Di UMM, Sosiolog Se-Indonesia Gagas Sinergi Hadapi MEA

Author : Humas | Jum'at, 05 Februari 2016 17:49 WIB
 

DUA puluh pakar sosiologi Indonesia menghadiri pertemuan Asosiasi Program Studi Sosiologi Indonesia Indonesia (APSSI) yang berlangsung di Ruang Sidang Senat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (4/2). Melalui pertemuan ini, para sosiolog berdiskusi dengan tema “Pemikiran Sosiolog-Sosiolog Indonesia Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di Jawa Timur”.

      Masing-masing pakar mempresentasikan risetnya terkait perspektif sosiologi MEA. Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Drs Purwanto SU MPhil mengatakan, salah satu persoalan substansi MEA yaitu ideologinya yang berorientasi pada keuntungan. Terlebih, menurutnya Indonesia dipandang sebagai pasar potensial, bukan produsen potensial.

      Sementara itu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM Dra Tutik Sulistyawati MSi melalui risetnya tentang ekonomi kreatif menegaskan perlunya peran Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam mendorong terciptanya daya saing. Bagi Tutik, perlu didorong kreativitas UMKM agar menjadi pioner bagi Jawa Timur. “Tugas Sosiolog tak hanya kerja teoritis, tapi juga praktis dalam memberikan dorongan dan energi positif pada UMKM agar memiliki daya saing,” paparnya.

      Berkaitan dengan itu, guru besar Universitas Airlangga Prof Dr Emy Susianto MA berusaha memperjuangkan perempuan yang selama ini dinilai berkontribusi di industri mikro. Menurut Emy, MEA akan bermuara pada perkembangan ekonomi. Selaras dengan itu, perempuan selama ini memiliki kontribusi aktif bagi peningkatan ekonomi negara melalui industri rumahan yang mereka ciptakan. Sayangnya, selama ini industri tersebut masih dinilai rentan dan rawan karena belum ada hukum yang melindungi.

      Untuk itu, lanjut Emy para sosiolog diharapkan mampu menjembatani melalui sumbangsih pemikiran pada pemerintah untuk membuat perlindungan hukum bagi para perempuan yang bergerak aktif di industri informal. “Sosiolog diharapkan menyumbangkan pemikiran mereka yang pro-perempuan,” ujarnya.

      Di sisi lain, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM, Dr Asep Nurjaman MSi menyatakan, selama ini perempuan menjadi kekuatan ekonomi di Indonesia. “Mereka tidak tergantung pada perubahan kebijakan makro, walaupun krisis masih tetap eksis,” katanya.

      Oleh karena itu, para sosiolog perlu memperhatikan potensi industri rumahan yang berbasis gender itu. Pemerintah diharapkan dapat memberikan kesadaran tentang pentingnya perempuan terkait peranan mereka dalam menghadapi ekonomi global. “Bisa dengan sosialisasi peningkatan kemampuan perempuyan untuk memperkokoh posisi mereka di area ekonomi,” jelasnya.

      Asep melanjutkan, sebagai tuan rumah, FISIP UMM terutama prodi Sosiologi dapat menjadi perantara untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran sosiolog dalam menyongsong MEA. Ia berharap, hasil dari diskusi ini dapat memberi pencerahan kepada pemerintah untuk menghadapi MEA dengan membangkitkan potensi gender dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. (lil/han)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image