Dialog Lintas Agama PSIF UMM Gandeng 45 Aktivis Muda se-Jawa Timur

Author : Humas | Kamis, 31 Agustus 2017 13:47 WIB
Romo Armada saat berdialog dengan 45 aktivis muda se-Jawa Timur pada forum lintas-agama PSIF UMM.

SEBANYAK 45 aktivis muda se-Jawa Timur yang berasal dari latar organisasi dan agama yang berbeda berkesempatan menceritakan kisah multikultural dan multireligiusnya dalam forum Training on Interreligious Dialogue for Religious Youth Activists in East Java (28/8) di Aula Masjid AR Fachruddin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Forum ini digagas oleh Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) UMM sebagai tindak lanjut dari program yang diikuti Kepala PSIF UMM Pradana Boy oleh King Abdullah bin Abdulaziz International Center for Interreligious and Intercultural Dialogue (KAICIID) yang berpusat di Wina, Austria.

“Kami mengajak aktivis, terutama pemuda agar memiliki wawasan baru tentang konsep hubungan antaragama. Pemuda semestinya menjadi katalisator di tengah isu-isu intoleransi yang berkembang di masyarakat,” ujar Pradana.

Hadir sebagai pemateri dalam kegiatan ini Direktur Sekolah Tinggi Filsafat Widya Sasana Malang FX Armada Riyanto dan ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Batu Nurbani Yusuf. “Dialog semacam ini memang sangat penting. Ini pengejawantahan nyata dari jargon ‘Saya Indonesia, Saya Pancasila’,” ujar pria yang karib disapa Romo Armada itu.

Sementara menurut Nurbani, dialog bukan semata persoalan pikir, melainkan lebih pada dialog hati. Sementara itu, sebagai sesama agama samawi, Islam dan Nasrani memiliki banyak kesamaan. Hal ini diungkapkannya melalui kisah Nabi Isa dengan 12 murid yang dikepung Yahudi selama 40 hari tanpa makan dan minum. “Kisah ini sama dengan yang dipelajari di Nasrani. Artinya, agama kita, Islam dan Nasrani ini sejatinya sama kalau kita kaji dari sisi sejarah,” ujar Nurbani.

Pada kegiatan ini, peserta dari berbagai kalangan dan agama berbagi pengalaman tentang perbedaan agama, suku, atau keyakinan yang pernah dialaminya. Beberapa mahasiswa yang berasal dari daerah Timur Indonesia mengungkapkan toleransi beragama di daerahnya bukan menjadi masalah. Malah, umat Islam dan Nasrani saling bergotong-royong dalam berbagai kegiatan.

“Harmoni itu memang tidak mungkin tanpa adanya perbedaan. Karena berbeda, maka harmoni itu ada,” ujar Pradana. (ich/han)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image