Wisuda diadakan dengan mematuhi protokol kesehatan Covid-19. (Foto: Istimewa) |
INDONESIA sebagai negara dengan penghasilan menengah menuju kepada menengah ke atas, sangat membutuhkan sarjana-sarjana dan lulusan perguruan tinggi yang tidak hanya membawa gelar kesarjanaannya, tetapi memiliki kompetensi yang kuat, memiliki jiwa profesionalisme yang unggul, sekaligus memiliki akhlak yang mulia. Hal itu disampikan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D., IPM., ASEAN Eng. saat memberi orasi ilmiah pada Wisuda Ke-97 Periode III Tahun 2020 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (22/10).
“Kalau kita melihat angkatan kerja di Indonesia saat ini sebagian besar lebih dari 50% baru tamatan SD dan SMP, sementara yang tamatan pendidikan tinggi masih di bawah 10%. Ingat, itu satu tantangan yang besar bagi kita semua. Jadi anda sekalian para sarjana ini merupakan bagian kecil dari angkatan kerja di Indonesia yang diharapkan menjadi penggerak utama dari kemajuan perekonomian, kemajuan sosial, budaya, dan kesejahteraan masyarakat,” kata Nizam di wisuda yang digelar di Hall Dome UMM.
Kalau dibandingkan dengan negara-negara tetangga, sambung Nizam, di negara-negara tersebut rata-rata angkatan kerjanya sudah di atas 35% yang berpendidikan tinggi. Pada saat ini, Indonesia sedang memasuki apa yang dikenal dengan bonus demografi, di mana angkatan kerja jumlahnya lebih banyak daripada anak-anak dan usia manula.
Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D., IPM., ASEAN Eng. (Foto: Humas) |
Baca juga: Dosen IAIN Sorong Jadi Wisudawan Terbaik UMM
“Tetapi, bonus demografi tidak serta merta menghasilkan kemajuan, meskipun kita juga sudah melihat dalam sejarahnya. Mulai dari kita lihat yang nyata sekali Jepang. Tahun 70-an dengan bonus demografinya itu berhasil membawa Jepang menjadi macannya Asia. Tetapi kemudian di tahun 90-an hingga sekarang Jepang mulai mengalami atau memasuki masyarakat yang menua atau Aging Society,” ujar Nizam secara virtual.
Diikuti kemudian oleh Korea Selatan, yang di tahun 90-an memasuki bonus demografinya dan menjadi kekuatan baru ekonomi di Asia. Itu terjadi bersamaan dengan bonus demografi yang dialami oleh Korea Selatan pada tahun 1990-2000an. Sehingga tidak heran tahun-tahun tersebut Korea tumbuh dengan sangat pesat dan bahkan dalam banyak kompetisi bisa mengalahkan Jepang. Samsung misalnya, mengungguli Sony dalam produk handphone dan produk alat-alat elektronik yang lain.
Demikian pula China tahun 2000-an akhir mulai memasuki bonus demografinya. Dan jika dilihat China sekarang menjadi raksasa dunia di dalam ekonomi. Itu bersamaan dengan bonus demografi yang dialami oleh China di tahun 2010-an hingga sekarang. Tapi, saat ini China pun juga mengalami Aging Society, sementara Indonesia sedang memasuki bonus demografi tersebut.
Baca juga: 86 Mahasiswa Psikologi Ikuti Program Transfer Kredit di Asia University-Taiwan
“Tentu peluang ini tidak boleh kita sia-siakan. Dan anda sekalian para sarjana baru bagian dari bonus demografi tersebut, yang tentu dengan segala potensi, dengan segala kreativitas, anda sekalian akan menjadi bagian dari membangun ekonomi Indonesia yang lebih maju, membangun kesejahteraan masyarakat yang lebih makmur, serta berkeadilan. Dan tentunya mewujudkan Indonesia Raya yang kita cita-citakan bersama,” ujar Nizam.
Lebih jauh Nizam menyebut, kemajuan dunia saat ini sangat ditentukan oleh inovasi. Dasar dari inovasi adalah kreatifitas. Kreatifitas dan inovasi akan lahir dari perguruan tinggi ketika para sarjananya memiliki jiwa merdeka. Mempunyai semangat untuk terus berkreasi dan semangat untuk mengembangkan ilmu teknologinya, serta mendharma bhaktikan ilmu teknologinya itu untuk kemajuan bangsa dan negaranya.
“Saya yakin anda sekalian dengan bekal dari Universitas Muhammadiyah Malang, Anda sekalian sudah mendapat bekal yang cukup dari segi kompetensi dan dari sisi akhlak. Tinggal bagaimana anda sekalian memanfaatkan bekal tadi untuk membangun masa depan anda sekalian,” pungkas Nizam. (mid/can)