Nek Mah Binti Batry |
BAGI Nek Mah Binti Batry, studi Doktoral di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) adalah masa yang paling berkesan dalam hidupnya. Bagaimana tidak, wanita asli Singapura ini sempat hampir berhenti di tengah jalan jika saja sang suami, Abu Bakar, tidak menguatkan mentalnya. Justru dengan spirit dari suaminya itulah Nek Mah menyelesaikan Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan masa studi paling cepat, yakni 2,8 tahun. Tak hanya itu, ia juga merupakan lulusan pertama dari Program Doktoral PAI UMM sejak didirikan tiga tahun lalu.
“Ketika di pertengahan kuliah S3, ada keinginan untuk berhenti kuliah. Tetapi suami mengatakan begini...lakukan yang terbaik, demi Allah pada saat manusia memerlukan seorang Ustadzah yang dapat membuka pikiran masyarakat mencari kesamaan bukan mencari kesalahan,” kata Nek Mah mengenang masa kuliahnya.
Nek Mah menjadi salah seorang dari wisudawan yang dikukuhkan rektor UMM, Fauzan, Sabtu (28/5). Dalam wisuda ini, UMM melepas 1.337 wisudawan yang terdiri dari lulusan Program Diploma III, Sarjana Strata 1, Strata 2 dan Strata 3.
“Alhamdulillah, demi agama, bangsa dan negara, dengan menjadi wisudawati pertama di Fakultas Pendidikan Agama Islam di UMM saya dengan rasa senang telah menyatukan UMM dengan negara Singapura. Malahan di Singapura saya merupakan Ustadzah pertama dengan gelar Doktor Pendidikan Agama Islam,” ungkap Nek Mah bangga.
Sosok Nek Mah tak asing lagi bagi warga kampus I UMM yang menjadi pusat perkuliahan pascasarjana. Sebab sejak lima tahun terakhir, ia memang menempuh studi di kampus itu. Lulusan S1 di Universiti Teknologi Malaysia (UTM) Johor Malaysia ini melanjutkan studi Magister Ilmu Agama Islam UMM. Tak lama setelah itu ia langsung mendaftar di S3 PAI di kampus yang sama sebagai mahasiswa pertama.
Tak hanya gelar Doktor dari UMM, Nek Mah ternyata juga sedang menempuh PhD di UTM. “Insya Allah Juni akan selesai di Fakulti Fiqh dan Sains Teknologi,” aku Nek Mah yang juga pengurus pendidikan di Madrasah aLIVE dan An-Nahdhah Mosque Singapura ini. Ia juga merupakan Dosen di Pusat Pendidikan Tinggi Al Zuhri untuk Mahasiswa Diploma dan S1 Fakulti Pendidikan Islam, serta Psikologi dan Kaunseling Islam.
Nek Mah berharap bisa membawa Prodi PAI UMM ini ke Singapura dalam jalinan kerjasama dengan lembaganya. “Karena ini merupakan satu program yang multikural yakni bukan saja di bidang agama tetapi melingkupi psikologi, sosial, budaya, ekonomi dan fenomena kontemporer. Melalui program PAI saya fikir lebih murni di dalam memahami konteks sebagai khalifah. Semoga UMM terus maju...Aamiin.” ungkapnya dalam bahasa Melayu yang khas.
Nek Mah Binti Batry diapit oleh suami, ibu dan promotor disertasi yang juga Kaprodi Doktoral PAI UMM, Prof Dr Tobroni |
Ketua Program Studi Doktoral PAI UMM, Prof. Dr. Tobroni, MSi, menerangkan Prodi Doktor PAI UMM merupakan yang tertua di Malang dan bahkan Indonesia. Pihaknya ikut bangga karena telah melahirkan doktor dengan lulusan tercepat.
Prodi ini, katanya, memiliki beberapa mahasiswa asing. Selain dari Singapura, ia juga punya mahasiswa dari Filipina, Thailand, Australia, Saudi Arabiyah, Australia dan Korea Selatan.
“Sistem pendidikan di prodi ini kita buat kuliah teori berbasis riset dan fokus pada penulisan disertasi pada semester 1 dan 2. Seminar dan klinik penulisan proposal pada semester 3. Akhir semester 3 ujian pra proposal. Ujian proposal awal semester 4. Seminar hasil penelitian dan ujian tertutup semester 5 dan semester 6 ujian terbuka,” terang Tobroni yang juga pengurus Majlis Dikti Litbang PP Muhammadiyah ini.
Selain itu, tambah Tobroni, PAI UMM juga memfasilitasi mahasiswa presentasi pada forum ilmiah internasional dalam wadah Assosiation Muslim Community in ASEAN (AMCA) dan penulisan jurnal internasional. (nas)