Adim yang mengajak masyarakat untuk mengedepankan prinsip kemanusiaan. (Foto: Syifa Humas) |
Pengerahan pasukan militer yang dilakukan Rusia ke wilayah Ukraina beberapa hari terakhir membuat gempar masyarakat dunia. Tidak sedikit masyarakat yang menilai jika penyerangan Rusia terhadap Ukraina ini terus berlanjut maka akan memicu perang dunia ketiga. Melihat dari dua sisi, Dosen Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Hafid Adim Pradana, MA. mengatakan ada beberapa penyebab terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina tersebut.
Sejak Uni Soviet pecah menjadi beberapa negara, Rusia dan Ukraina mengalami berbagai konflik kecil. Hal tersebut terus memanas hingga Rusia melakukan Invasi pada Kamis (24/02). Dari sudut pandang Ukraina, Adim sapaan akrabnya menjelaskan bahwa penyerangan ini merupakan upaya agresif dari Rusia untuk menguasai Ukraina sebagai upaya menyatukan kembali daerah Uni Soviet yang dulu.
“Kalau dari sudut pandang Rusia, negara tersebut merasa terancam dengan niat Ukraina untuk bergabung ke North Atlantic Treaty Organization (NATO). Rusia menilai dengan bergabungnya Ukraina ke NATO akan memudahkan negara lain seperti Amerika dan Inggris melakukan latihan militer serta membangun pangkalan militernya di Ukraina. Padahal jarak antara Ukraina ke Moskow yang merupakan ibu kota Rusia sangat dekat,” jelas Kepala Labolatorium HI UMM itu.
Lebih lanjut, Dosen Program Studi HI UMM ini juga menjelaskan beberapa dampak yang timbul akibat perang Rusia dan Ukraina. Terhadap dua negara yang terlibat langsung, perang ini akan merenggut banyak korban jiwa. Kerusakan infrastruktur yang parah juga akan di alami oleh Ukraina sebagai tempat terjadinya peperangan. Sementara untuk Rusia, perang ini akan memperlemah ekonomi negara tersebut dengan diberlakukannya berbagai sanksi ekonomi dari negara-negara lain.
Berkaitan dengan sikap netral yang diambil pemerintah Indonesia, Dosen asal Malang tersebut sangat mendukung sikap pemerintah Indonesia. Berbagai desakan dari Ukraina untuk mengecam Rusia, maupun dorongan dari Rusia agar tidak ikut campur dalam pertempuran tersebut terus berdatangan ke Indonesia. Menurutnya sikap yang mesti diambil oleh Indonesia saat ini adalah mengedepankan prinsip kemanusiaan dibanding condong berpihak ke salah satu dari Rusia atau Ukraina.
“Hal ini juga berlaku untuk masyarakat secara luas. Dalam melihat permasalahan ini, perlu memandang dari dua sisi sehingga penilaian kita tidak condong ke salah satu pihak saja. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya bahwa prinsip kemanusiaan yang harus dikedepankan. Harapan saya tentu saja konflik Rusia-Ukraina ini dapat segera diselesaikan oleh kedua pihak dengan jalur diplomasi, bukan melalui peperangan,” tandasnya mengakhiri. (syi/wil)