Novendra bersama pelajar muslim di Taichung (Foto : Istimewa). |
Bulan suci Ramadan selalu dinantikan dengan penuh antusias oleh seluruh umat Muslim di berbagai belahan dunia, khususnya di negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam seperti Indonesia. Sebaliknya, menghabiskan bulan Ramadan di negara minoritas muslim merupakan sebuah tantangan tersendiri. Hal itu pula yang dialami oleh Novendra Setyawan, ST., M.T, selaku dosen prodi Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang kini menempuh pendidikan doktor di National Formosa University, yang terletak di kota Taichung, Yunlin County, Taiwan.
Novendra menceritakan berbagai pengalaman menarik yang ia alami saat bulan Ramadan di Taichung, Taiwan. Di sana, mayoritas masyarakatnya menganut agama Budha. Maka tentu suasana Ramahan di tempat tinggalnya sama seperti hari-hari biasanya. “Karena Taichung merupakan kota kecil dan masih sangat kental budaya yang ada, sehingga tidak ada masjid di kota ini. Perlu menempuh perjalanan kurang lebih satu setengah jam untuk bisa menemukan masjid di kota pusat,” ujarnya.
Baca juga : Dosen UMM Sebut Ramadan Jadi Momen Tepat Sambung Silaturahmi
Sulitnya menemukan masjid untuk beribadah membuat Novendra bergabung ke dalam komunitas muslim yang berasal dari beberapa negara. Seperti misalnya mereka dari India, Pakistan, dan Indonesia. Mereka sering berkumpul selama bulan Ramadan untuk berbuka puasa bersama ataupun melaksanakan shalat tarawih berjamaah.
“Kami sering memasak untuk menghindari makanan non-halal. Memanfaatkan aplikasi halalin untuk membantu kami menemukan bahan makanan yang dapat dikonsumsi muslim. Tidak banyak toko yang menjual bahan makanan halal di sini karena rata-rata bahan makanan yang masyarakat lokal konsumsi mengandung minyak babi,” katanya.
Lebih lanjut, Novendra mengatakan bahwa ia dan teman-teman komunitas muslim tengah bersiap menyelenggarakan sebuah sosialisasi tentang Islam. Ini sebagai cara mengenalkan islam ke masyarakat non-muslim di Taichung. Selama Ramadan, Noven juga menyempatkan diri untuk berkunjung ke Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Taiwan. Di sana ia banyak bertemu dengan para perantau yang sedang menempuh pendidikan di Taiwan. Mereka melaksanakan buka puasa, tarawih, dan kajian bersama. Ia merasa bahagia karena bisa merasakan suasana Ramadhan di luar negeri namun tetap dapat berkumpul sesama umat muslim.
Baca juga : Dosen UMM: Buku Penugasan Ramadan Berperan Bentuk Karakter Anak
Terkait jauhnya masjid, ia mengatakan bahwa perjalanan jauh tidak menjadi halangannya untuk beribadah bersama teman-teman muslim lain. Ia percaya bahwa perjalanannya merupakan bagian ibadah dan dihitung sebagai pahala. “Saya mendengar banyak cerita bahwa mereka yang mendapatkan situasi seperti saya merupakan orang yang istimewa. Maka saya harus menikmatinya dengan baik dan menjalani hari Ramadan dengan bahagia di kota ini,” kelakarnya mengakhiri. (ri/wil)