Sosialisasi budidaya maggot dan pemanfaatan alat penunjang pakan organik (Foto : Istimewa) |
Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tak pernah berhenti untuk berbagi ilmu kepada masyarakat. Melalui Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM), kali ini tim dosen UMM melakukan pemberdayaan masyarakat melalui sistem teknologi pakan berbasis pengembangan budidaya maggot. Kegiatan ini berlangsung di desa Mulyoagung, Malang pada akhir tahun lalu.
Dalam pelaksanannya, agenda yang diinisiasi oleh Bustanol Arifin, S. Pd., M. Pd. bersama kedua dosen lainnya yaitu Drs. Amir Syarifuddin, MP. dan Frendy Aru Fantiro, S.Pd., M.Pd. ini juga menggandeng kelompok Chang Bird Farm dan Veloved Bird sebagai mitra. Saat ditemui, Arifin berkata bahwa program pemberdayaan masyarakat ini sebenarnya berawal dari kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilakukan oleh mahasiswa UMM. Mereka melihat bahwa profesi mayoritas warga desa Mulyoagung adalah peternak burung. Sebagian juga sudah mengembangkan proses pengolahan maggot sebagai pakan.
Baca juga : Berdayakan Masyarakat Lewat Pemanfaatan Limbah Udang
Sayangnya, proses pengolahannya masih dilakukan secara manual. Hal itu tentu menyulitkan para peternak burung terutama dalam mengelola maggot. Para warga butuh waktu yang lama untuk mengolahnya. Selain itu juga model pemasaran yang dilakukan kurang memadai. “Berangkat dari hal itulah akhirnya kami melakukan pembaharuan di bidang teknologi khususnya dalam pebuatan maggot sebagai pakan burung,” ujar dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan tersebut.
Program ini telah berjalan sejak bulan Agustus hingga Desember 2020. Meski begitu proses pendampingan dan monitoring tetap dilakukan sampai saat ini. Utaanya dalam hal pemasaran produk hasil dari pengolahan. Arifin kembali bercerita terkait rentetan kegiatan yang ia dan timnya lakukan. Mulai dari pelatihan budidaya maggot, proses pengelolahan pakan dengan mesin, serta pelatihan pengemasan dan pemasaran produk.
Baca juga : Prihatin Kasus Korupsi, Tongat Tulis Buku Penanganan Hukum
“Beberapa waktu lalu kami juga sempat memberikan bantuan mesin pencacah dan mesin pengering kepada warga. Mesin pencacah berguna untuk membantu proses penghalusan bahan baku. Sementara mesin pengering berguna untuk mempercepat proses pengeringan dari empat hari menjadi dua jam saja,” lanjut dosen kelahiran Bondowoso ini.
Di akhir wawancara Arifin berharap agar program ini dapat berkembang lebih luas lagi. Tidak hanya pada budidaya maggot saja namun juga pada budidaya pakan lainnya. “Kami juga berkeinginan agar program ini dapat membawa keterampilan baru kepada masyarakat dalam pengelolaan pakan burung. Lebih-lebih dapat membantu perekonomian masyarakat desa Mulyoagung,” pungkasnya. (syi/wil)