Tak disangka, acara Design Thinking (DT Camp) yang berlangsung hanya 10 hari menyisakan banyak pengalaman dan kesan menarik tak terlupakan bagi mahasiswa asing Tang Binbin mahasiswa dari China yang tidak bisa menggunakan bahasa Inggris. Selama kegiatan, ia hanya mengandalkan applikasi translator dan bahasa tubuh untuk bisa berinteraksi dengan teman-temannya yang lain.
“Saya sangat senang berada di sini. Saya sangat menyukainya. Saya pikir orang-orang di sini sangat sederhana, antusias, dan sangat baik kepada kami (red: orang asing). Bahasa Inggris saya tidak baik, tetapi mereka semua memiliki kesabaran untuk memberi tahu saya, menerjemahkan untuk saya,” urai Tang Binbin.
Tidak mudah menemukan orang yang bisa menerima kekurangan orang lain terutama orang yang berbeda negara. Tetapi Rendria Sari berhasil meluluhkan hati Tang Bin Bin hingga acara penutupan mengharu biru dengan tangisan Tang Bin Bin. Rendria merupakan mahasiswa asal STIE Malang. Rendria bercerita tentang pengalaman yang tidak terlupakan saat bersama Tang Binbin.
Awalnya ia merasa Tang Bin Bin adalah anak yang cuek dan tidak mau bergaul. Rupanya ia salah, Tang Binbin memiliki keterbatasan bahasa sehingga hanya jarang berbicara selama kegiatan. Mengetahui hal itu, Rendria dengan senang hati membantu Tang Binbin meskipun harus menghabiskan banyak waktu untuk menerjemahkan bahasa mereka masing-masing.
Ditemui sambil meneteskan air mata, Tang Binbin menyampaikan perasaannya “Saya sedih tidak bisa ketemu lagi dan saya akan selalu mengingat kalian semua,” pungkasnya.
Asisten Rektor Bidang Kerjasama Drs. Soeparto M.Pd. menyampaikan, acara yang terselenggara atas konsorsium 13 asisten rektor bidang kerjasama luar negeri ini merupakan bentuk apresiasi yang didanai oleh Kemenristekdikti.
“Mensristekdikti memberikan konsorsium kepada 13 perguruan tinggi. Ada 13 perguruan tinggi yang ikut mengusulkan dana summer camp ke dikti. Syarat yang harus dipenuhi adalah konsorsium minimal dua perguruan tinggi dan maksimal tiga. Kemarin kami mengusulkan tiga konsorsium. Pertama konsorsium, UMM, Ma chung, UNISMA. Kemudian kedua, Polinema, ABM, STIKI Malang. Kemudian ketigaWidya Gama, UNMER, dan Kanjuruhan,” terang Soeparto saat penutupan Closing Ceremony DT Campo di GKB IV UM, Selasa (31/7).
Dari tiga konsorsium yang diajukan, Kemenristekdikti hanya menyetujui dua proposal konsorsium yang pertama saja. Dana tersebut kemudian dikelola sehingga dapat membuat event-event internasional. Acara ini diselenggarakan juga mengingat pentingnya self confident ditumbuhkan pada mahasiswa terutama ketika berhadapan dengan mahasiswa asing.
Ini tahun kedua DT Camp diagendakan oleh IRO UMM. Kegiatan yang berlangsung sejak (22-31/7) merupakan tawaran Kemenristekdikti untuk mengadakan kembali DT Camp se-Malang Raya.
“DT camp dilakukan se-Malang raya ada 12 PTN dan PTS yang ikut hanya saja yang dapat konsorsium itu cuma enam kampus yakni UMM, UNISMA, Macung, Polinema, Stiki, STIE Malang Kucucwara,” sebut Mohamad Syaroni Syawaludin, fasilitator UMM.
Kegiatan DT Camp mengajak mahasiswa asing dan lokal melakukan riset di dua tempat yakni Batu dan Malang Selatan untuk kemudian mereka gagas solusinya. Dua tempat tersebut dipilih, mengingat permasalahan sampah masih menjadi momok di daerah Batu, sedangkan Malang Selatan bermasalah dengan ekonomi masyarakat sekitar.