Duta Besar Republik Indonesia untuk Spanyol, Dr. Muhammad Najib, M.Sc. (Foto: Istimewa) |
Muhammadiyah miliki potensi yang sangat besar dalam mengembangkan lembaga Pendidikan Islam di Eropa, khususnya di Spanyol. Hal tersebut ditegaskan langsung oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Spanyol, Dr. Muhammad Najib, M.Sc. dalam agenda Penyegaran Wawasan Keislaman dan Kemuhamamdiyahan dosen Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Dalam agenda yang dilaksanakan pada 17 Mei itu, ia menjelaskan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar di dunia dan terkoordinasi dengan baik. Hal itu bisa menjadi modal awal dalam menarik masyarakat muslim di Spanyol. Apalagi antusiasme mereka akan Islam cukup tinggi.
“Muhammadiyah ini sangat besar, visinya juga sangat jelas. Sudah saatnya untuk melebarkan sayap persyarikatan ke tanah Eropa, khususnya Spanyol,” kata Najib.
Baca juga: Dosen UMM Ciptakan Pakan Koi dengan Harga Terjangkau
Menurutnya, Spanyol menjadi tempat yang ideal bagi Muhammadiyah untuk melebarkan sayap. Hal itu tak lepas dari banyaknya kelompok sarjana yang mendalami sejarah Islam di sana. Apalagi melihat sejarah di mana Islam pernah berada di fase kejayaan saat menduudki Spanyol, tepatnya di Andalusia pada zaman Bani Abbasiyah abad ketujuh hingga sepuluh masehi. Pada masa itu pula, Islam mampu melahirkan banyak sekali tokoh yang menciptakan karya. Baik itu dari ilmu filsafat, astronomi, matematika, bahkan kedokteran.
Baca juga: Konsolidasi LHKP di UMM, Busyro Sebut Muhammadiyah Tidak Anti Politik
Alasan lainnya yakni ada banyak warga negara Indonesia (WNI) muslim yang sudah berkeluarga dan memiliki anak. Seringkali mereka membutuhkan wadah pendidikan agama Islam untuk anak-anaknya. Apalagi di Spanyol, hanya ada segelintir pendidikan Islam yang tersedia.
“Maka, menurut saya, Muhammadiyah punya kemampuan untuk menjawab kebutuhan saudara muslim kita. Dengan sumber daya manusia dan amal usaha yang melimpah, saya rasa Muhammadiyah bisa melakukannya dengan baik,” tambah Najib.
Terakhir, ia juga berpesan kepada mahasiswa serta dosen yang ada di Indonesia, termasuk UMM, untuk tidak bosan mengkaji secara mendalam ilmu agama islam. Pun dengan semangat untuk melanjutkan studi di luar negeri karena dapat membuka wawasan serta pengalaman menjadi minoritas.
“Mahasiswa dan dosen Indonesia memang harus punya mimpi menimba ilmu di negeri orang. Dengan begitu, kita bisa tahu pandangan mereka dan bagaimana rasanya menjadi seorang minoritas. Bahkan mungkin kita juga bisa melihat bagaimana Islam dipelajari di negara-negara lain,” pungkasnya. (faq/wil)