Duta Besar RI untuk Inggris Raya di Wisuda UMM Beri Modal Penting untuk Membangun Karir
Author : Humas | Sabtu, 24 Oktober 2020 13:32 WIB
|
Dr. Rizal Sukma saat memberikan orasi ilmiah dalam gelaran Wisuda ke-97 Periode III tahun 2020 UMM |
DUTA Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Inggris Raya merangkap Republik Irlandia dan Organisasi Maritim Internasional Periode 2015-2020, Dr. Rizal Sukma, didapuk memberikan orasi ilmiah dalam gelaran Wisuda ke-97 Periode III tahun 2020 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (24/10). Rizal secara khusus membagikan sejumlah modal penting kepada para wisudawan yang memulai karir di era pandemi agar bisa menghadapi ketatnya persaingan dan juga beratnya kondisi pada saat pandemi Covid-19 ini dalam upaya membangun karir.
Sebelumnya, Rizal yang pernah menjadi salah satu dari 100 Pemikir Dunia pada tahun 2009 oleh majalah Foreign Policy ini menyebutkan tantangan Covid-19 di Indonesia. Pertama, disebutnya, Indonesia selalu ingin menjadi negara mandiri. Tidak salah dengan cita-cita itu. Namun, kemandirian itu tentunya tidak bisa dicapai dengan tanpa kerjasama internasional. “Tidak ada negara yang bisa maju dan mandiri karena dia mengisolasi dan bekerja sendiri. Dalam dunia sekarang ini, kemandirian itu justru didapat dari kerjasama internasional,” ungkap Rizal di orasi yang dilakukan virtual ini.
Kita, sambungnya, tetap harus berprinsip bahwa kepentingan nasional itu nomor satu. Namun, ditegaskan Rizak yang sempat aktif Aktif di Muhammadiyah sebagai Ketua Lembaga Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada 2005-2015 ini, upaya untuk memperjuangkan kepentingan nasional tidak harus disertai dengan sikap yang xenophobia atau merasa takut, terancam, atau benci kepada pihak-pihak asing. “Dan ini sikap-sikap yang tidak relevan lagi,” ujar Rizal di hadapan wisudawan yang lulus di jenjang Sarjana, Magister, dan Doktoral ini.
“Kita sering mendengar, misalnya, Indonesia ingin bisa bikin pesawat dan mobil sendiri. Tidak ada yang salah dengan cita-cita itu. Tapi untuk bisa ke sana, saya kira, yang sangat penting adalah bagaimana menjadikan Indonesia menjadi bagian dari regional dan global supply chance. Kita lihat misalnya, banyak industri sekarang itu tidak pernah dibuat penuh oleh satu negara. Tetapi beberapa negara berpartisipasi di dalam regional dan global supply chance yang ada. Sehingga geliat industrinya juga bisa turut berkembang,” terangnya di wisuda yang diselenggarakan secara bergelombang ini.
Ekonomi dunia ini sedang banyak bergerak ke services, sehingga Indonesia juga harus bergerak ke arah sana. Namun, bagi Indonesia, untuk tetap penting menghidupkan kembali sektor manufaktur dan pertanian. Karena di situ justru pentingnya pembukaan lapangan kerja bisa terjawab. “Terlepas dari dampak-dampak negatif maupun peluang-peluang baru, tantangan utama yang sekarang tentunya bagi adik-adik wisudawan adalah bagaimana mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Ini, saya kira, menjadi persoalan banyak lulusan perguruan tinggi di banyak negara,” kara Rizal.
Dengan demikian, untuk menghadapi tantangan yang ada, Rizal membocorkan modal yang selayaknya dimiliki oleh para lulusan sehingga nanti bisa menghadapi ketatnya persaingan dan juga beratnya kondisi pada saat pandemi ini dalam upaya membangun karir. Di antaranya semangat dan optimisme. “Jangan berkecil hati kalau misalnya yang ber-IPK rendah. Saat kuliah S1, dengan segala keterbatasan IPK saya hanya 2,60. Akhirnya saya lebih banyak menulis untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semuanya bisa dilewati berkat semangat dan optimism yang tinggi,” kata Rizal.
Berikutnya, Fokus pada apa yang ingin dikerjakan. Akan sulit mengerjakan banyak hal sekaligus, tetapi tidak ada hal yang fokus. Karena profesionalisme itu perlu dibangun dari awal. Rizal menekankan pentingnya fokus untuk mengembangkan karir di bidang tertentu. Selain itu, Rizal berharap meskipun sudah lulus, wisudawan tetap memperkuat penguasaan bahasa asing. Karena kompetensi ini sangat penting. “Jendela pengetahuan dan pengalaman itu terbuka lebar apabila kita bisa menguasai bahasa asing. Terutama bahasa Inggris. Atau bahasa lainnya untuk menunjang karir,” ujarnya.
Selain itu, perlu juga memanfaatkan jejaring yang ada. Selama kuliah, secara tidak sadar kita membangun jejaring (network) sesama teman mahasiswa. “Perjalanan karir saya sendiri, saya sangat terbantu dengan jejaring yang ada. Apabila sanggup, ciptakan pekerjaan sendiri. Jangan tergantung Pemerintah. Presiden Amerika Serikat Ronald Reagen pernah mengatakan, the government is not the solution, the government sometimes is the problem. Maksudnya, Pemerintah itu kadang tidak menjadi solusi, kadang-kadang Pemerintah malah si pembuat masalah,” katanya.
Lebih jauh, dalam membangun karir ke depan, penting adanya antisipasi kira-kira pasca covid-19 ini peluang apa saja yang akan ada. Khususnya dalam konteks membangun lapangan pekerjaan sendiri. Antisipasi aktivitas ekonomi pasca covid dan aktivitas pasca Covid itu akan mempermudah untuk memunculkan ide-ide yang berbeda. Terakhir, kita harus tetap memberi kontribusi dan membantu peran nasional dan internasional Muhammadiyah. Muhammadiyah sangat terbuka bagi kontribusi kita semua. Jadi, jangan lupakan Muhammadiyah,” pungkas Rizal menutup orasinya. (*/can)
Shared:
Komentar