Elisa Kusno, Alumnus UMM Bercerita Uniknya Lebaran di Negeri Kangguru

Author : Humas | Selasa, 02 Mei 2023 04:58 WIB
Elisa Kusno saat di Melbourne (Foto : Istimewa)

Suasana lebaran masih terasa meski hari raya idul fitri sudah seminggu berlalu. Namun, hal itu tidak dirasakan oleh Elisa Kusno, alumnus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang kini tengah menempuh studi di Melbourne. Ia mengaku, Idul fitri tidak begitu istimewa di sana, bahkan tidak ada hari libur khusus.

“Alhamdulillah kemarin bertepatan dengan weekend, jadinya bisa bercengkerama dengan muslim-muslim lain. Soalnya kalau di hari biasa, tidak ada libur khusus. Kalau mau bebas dan agak longgar, mau tidak mau harus izin kerja atau kuliah, jelasnya.

Elisa, panggilan akrabnya, menjelaskan bahwa ada satu hal menarik saat Ramadan dan idul fitri di sana. Akan ada lebih banyak mualaf yang masuk Islam. Salah satu alasannya adalah banyaknya masjid yang ada di Melbourne. Jadi orang-orang bisa dengan mudah belajar Islam.

Baca Juga : Mengupas Makna Kupat di Halal Bihalal UMM

Terkait kultur, di sana tidak ada kebiasaan memberikan angpao lebaran. Menariknya, ada beberapa temannya asal Pakistan dan Bangladesh yang memiliki pengalaman unik. Di negara asalnya, mereka tidak biasa dan tidak bisa bagi perempuan untuk salat idul fitri di masjid atau lapangan. Maka, momen idul fitri di Melbourne membuat mereka takjub. 

Adapun ia salat bersama dengan orang-orang Indonesia lainnya. Tepatnya di salah satu lapangan basket miliki salah satu Sekolah Menengah Pertama di Melbourne. Ia juga senang, karena di sana bisa mendapati berbagai makanan khas Indonesia seperti pecel, bakwan, risoles dan lainnya.

“Sebenarnya untuk mencari makanan Indonesia di Melbourne cukup mudah. Hanya saja, rasanya beda jika bisa berkumpul dengan saudara satu bangsa dan negara,” kata mahasiswa yang menempuh studi master of education in digital learning itu.

Elisa juga bercerita bahwa di sana, ia benar-benar bisa merasakan suasana ‘lakum dinukum waliyadin’. Yakni prinsip agamamu untukmu dan agamaku untukku. Maksudnya adalah, di sana masyarakat saling menghormati agama orang lain. Bahkan saat di kampusnya, Monash University, ada sebuah acara makan siang bersama. Namun karena tahu ada beberapa orang muslim, akhirnya konsepnya diubah dan makanannya dibungkus.

Baca Juga : Mau Mudik? Ini Tips Dosen UMM agar Mobil Aman

“Ini menjadi pengalaman yang menarik bagi saya. Semoga bisa mencerahkan dan memberikan pelajaran yang baik agar bisa menjadi manusia yang sebenar-benarnya,” pungkasnya. (Wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image